Arab Saudi Inisiasi Rencana Perlindungan Terhadap Situs Jalur Haji Kuno

HIMPUHNEWS - Pemerintah Arab Saudi menginisiasi rencana untuk melindungi jalur haji kuno yang telah digunakan selama berabad-abad oleh jamaah haji di Semenanjung Arab. Dalam hal ini, Arab Saudi juga melibatkan Bahrain dan Irak.

Dilansir dari Arab News pada Selasa (19/12), Inisiatif ini sedang dikembangkan oleh Komisi Warisan Kerajaan (Kingdom’s Heritage Commission), Pusat Warisan Dunia Regional Arab (The Arab Regional Centre for World Heritage) di Bahrain, dan Dewan Purbakala dan Warisan Negara (the State Board of Antiquities and Heritage) di Irak.

Rencana tersebut dibahas pada lokakarya baru-baru ini dan mencakup rute Zubaydah yang terkenal dari Irak ke Makkah. Jalur Zubaida di masa lalu pernah melayani ribuan peziarah setiap tahun dari Irak dan beberapa bagian Levant (Suriah), menuju tempat-tempat suci.

Jalur yang juga dikenal sebagai rute ziarah Kufi itu membentang lebih dari 1.600 kilometer dari Kufah di Irak, melalui Wilayah Perbatasan Utara Arab Saudi dan ke Makkah.

Jalur kuno tersebut dulunya merupakan jalur perdagangan umum di era pra-Islam. Selanjutnya, rute tersebut dimanfaatkan oleh jamaah haji setelah penyebaran Islam.

Jejak perjalanan itu melewati gurun di barat daya Kerajaan Saudi dan benar-benar melewati lima wilayah, yaitu, Perbatasan Utara, Salam, Qassim, Madinah, dan Makkah.

Lokakarya ini berlangsung di wilayah Hail karena pentingnya stasiun tersebut sebagai stasiun utama di sepanjang rute haji, khususnya situs arkeologi “Faid Al-Athari.” Situs ini berfungsi sebagai stasiun penting bagi peziarah dan perdagangan selama era awal Islam.

Para peserta lokakarya membahas cara-cara untuk meningkatkan kolaborasi antar pakar warisan budaya dari ketiga negara. Mereka telah mengunjungi kota kuno Faid, yang terkenal dengan situs arkeologi di sepanjang rute Zubaydah, untuk memastikan pengelolaan pusat pengunjungnya dengan baik.

Para ahli membahas mekanisme perlindungan hukum, penetapan batas wilayah, dan integrasi tujuan pembangunan berkelanjutan ke dalam strategi pengelolaan dan perlindungan. Mereka juga menyoroti pentingnya situs lintas batas secara global.

Upaya ini selaras dengan misi Kementerian Kebudayaan dalam pertukaran budaya internasional sebagai tujuan strategis dalam kerangka Visi Saudi 2030.