#BersihAmanahProfesional
(021) 83780435 - 37
info@himpuh.or.id
082230139999

Kembali Erupsi, Gunung Anak Krakatau Kini Berstatus Siaga

Kategori : Berita, Topik Hangat, Ditulis pada : 05 Januari 2023, 07:35:22

WhatsApp Image 2023-01-05 at 07.57.41.jpeg

HIMPUHNEWS - Untuk kesekian kalinya, Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi, pada Rabu (4/1/2023) sekitar pukul 15.10 WIB.

Gunung Anak Krakatau yang berada di Selat Sunda itu menyemburkan abu vulkanik mencapai ketinggian 3.000 meter.

Ade Yasser Akhmad Purwata, petugas pos pantau GAK Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, menuliskan bahwa kolom abu berwarna hitam tebal mengarah ke timur.

Letusan itu terekam di alat seismogram dengan amplitudo maksimum 65mm dan berdurasi 1 menit 37 detik.

Saat ini, Gunung Anak Krakatau berstatus siaga atau pada Level III, dengan larangan mendekat dalam radius 5 kilometer, guna menghindari material letusan.

Meski berstatus siaga, namun sejauh ini aktivitas Gunung Anak Krakatau belum mengganggu aktivitas penerbangan pesawat.

Riwayat Gunung Anak Krakatau

Gunung Krakatau berdasarkan sejarah yang dilansir dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pernah mengalami letusan besar pada 416 SM, hingga mengakibatkan tsunami.

Beberapa letusan terjadi pada abad 3, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17 yang diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata (sebutan lain dari Krakatau), Danan, dan Perbuatan. Kegiatan vulkanik tersebut berhenti pada tahun 1681.

Gunung Krakatau sempat beristirahat selama 200 tahun, dan kembali memperlihatkan kegiatannya yang diawali dari beberapa letusan Gunung Danan dan Gunung Perbuatan.

Erupsi Gunung Krakatau terjadi pada tahun 1883 dengan letusan dahsyat yang menyebabkan hilangnya 2 gunung, Danan dan Perbuatan, serta sebagian Gunung Rakata.

Erupsi ini menyebabkan tsunami yang menyapu kota-kota kecil di sepanjang pantai Banten dan Lampung Selatan, termasuk kota Teluk Betung.

Di Teluk Betung, gelombang pasang air laut mencapai tinggi 20 meter. Kota Merak yang terletak di semenanjung Banten, dilanda gelombang pasang setinggi 30 meter dan 40 meter. Gelombang pasang ini juga menyapu Teluk Semangko.

Gelombang pasang merusak banyak perkampungan dan korban jiwa, diantaranya 2.500 penduduk tewas di kampung Benewani, 327 hilang di Tanjungan dan Tanot Baringin dan 244 jiwa di Beteong.

Gelombang pasang setinggi 13,6 meter juga melanda mercusuar Bengkulen yang terbuat dari beton dan menewaskan 10 orang yang sedang bekerja. Gelombang pasang yang meninggalkan Krakatau pada pukul 10.00 WIB merambat dalam waktu 2 jam 30 menit mencapai Jakarta, yang berjarak 169 km.

Adapun Gunung Krakatau tenang kembali mulai Februari 1884 sampai Juni 1927, dan pada 11 Juni 1927 Gunung Anak Krakatau muncul. Setelah itu, Gunung Krakatau mengalami erupsi setiap tahun, yaitu 1928, 1929, 1930, 1931, 1932, sampai tahun 1963.

Selanjutnya, kembali erupsi pada tahun 1968, 1972, 1973, 1975, 1979, 1981, 1984, 1988, 1992, 2000, 2001, 2005, 2007, 2008, 2010, dan 2011.

Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) hampir seluruh tubuh Gunung Krakatau yang berdiameter ± 2 km merupakan kawasan rawan bencana.

PVMBG terus memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau dan permukaan laut.

“Akan terus memonitor perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau dan muka air laut di Selat Sunda,” tulis PVMBG.

messenger icon
messenger icon Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id