Temui Syarikah Nozoly Pasca Haji, HIMPUH Tegaskan Posisi sebagai Mitra Strategis
HIMPUHNEWS– Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (HIMPUH) melakukan pertemuan penting dengan Syarikah Nozoly di Makkah, Jumat (13/06), sebagai bentuk silaturahmi sekaligus tindak lanjut dari kerja sama yang dijalin selama musim haji 2025. Pertemuan ini menjadi bagian dari upaya HIMPUH memastikan bahwa kemitraan antara asosiasi penyelenggara Haji Khusus Indonesia dan pihak penyedia layanan di Arab Saudi terus berjalan secara transparan, profesional, dan berdasarkan prinsip saling menghormati.
Ketua Umum HIMPUH, Muhammad Firman Taufik, menjelaskan bahwa HIMPUH telah menerapkan paradigma baru dalam hubungan kerja dengan syarikah, yakni menjadikan syarikah sebagai mitra, bukan pihak yang superior atau seolah-olah penyedia tunggal. HIMPUH bahkan menetapkan sejumlah syarat atau requirement yang wajib dipatuhi oleh pihak syarikah dalam pelaksanaan layanan haji, yang ditandatangani dalam kontrak resmi sejak awal.
“Tahun ini kita tetapkan bahwa Syarikah adalah mitra HIMPUH, bukan sebaliknya. Jadi saat penandatanganan kontrak, kami keluarkan requirement yang wajib dipenuhi oleh Syarikah. Misalnya satu jamaah harus dapat satu kasur, layanan konsumsi harus maksimal, dan HIMPUH punya hak menuntut jika kontrak tidak dijalankan sesuai kesepakatan,” ujar Firman kepada himpuhnews Selasa (17/06).
Menurut Firman, penerapan mekanisme ini juga memberikan ruang yang lebih kuat bagi HIMPUH dalam mengadvokasi hak-hak anggota jika terjadi pelanggaran kontrak layanan. HIMPUH kini tidak lagi menjadi pihak yang sekadar menerima keluhan, tetapi turut serta mendampingi anggotanya untuk menuntut hak mereka langsung kepada syarikah yang bersangkutan.
Firman Taufik memaparkan bahwa proses awal penyelenggaraan Haji Khusus dimulai dengan pengumpulan data jamaah dari masing-masing PIHK. Setelah pemerintah merilis daftar “berhak lunas”, barulah setiap PIHK menyampaikan preferensinya: apakah lebih memilih berdasarkan syarikah yang disukai atau lokasi maktab yang diinginkan, terutama di Mina.
“Dari situ kita mulai proses plotting. Setelah tahu jumlah jamaah dari tiap PIHK, kita bisa tentukan lokasi maktab. Baru setelah itu dilakukan kontrak resmi dengan syarikah, sesuai dengan layanan yang diinginkan,”katanya.
Model pemilihan seperti ini menurut Firman memberikan fleksibilitas bagi PIHK dalam merancang pengalaman terbaik bagi jamaah mereka. Beberapa PIHK yang sudah terbiasa dengan lokasi tertentu di Mina bisa mengajukan tempat tersebut tanpa harus terikat dengan syarikah tertentu, begitu pula sebaliknya.
Lebih jauh, sistem ini memberikan tekanan pasar kepada syarikah agar tidak semena-mena menetapkan harga dan kualitas layanan. Karena ada kompetisi terbuka, HIMPUH bisa lebih mudah mengevaluasi tawaran dari berbagai syarikah secara objektif, termasuk dari sisi harga, pelayanan, dan komitmen mereka terhadap syarat-syarat asosiasi.
Evaluasi Pelayanan dan Ketertiban Haji 2025
Tahun ini, HIMPUH bermitra dengan enam syarikah besar, empat di antaranya dipilih melalui proses beauty contest yang mewajibkan masing-masing syarikah mempresentasikan paket layanan mereka secara terbuka dan transparan. Dengan cara ini, HIMPUH tidak hanya mendapatkan harga yang kompetitif tetapi juga bisa menjamin bahwa layanannya sesuai dengan kebutuhan jamaah Haji Khusus dari Indonesia.
“Kami lihat hasilnya sangat positif. Ada penurunan harga signifikan dari beberapa syarikah, termasuk Mashariq. Tapi layanannya tetap setara dengan tahun sebelumnya. Artinya mereka berkompetisi secara sehat,” ujar Firman.
Ia menambahkan bahwa HIMPUH kini memiliki posisi yang lebih kuat dalam melakukan kontrol kualitas. Jika ditemukan pelanggaran atau ketidaksesuaian antara kontrak dan pelaksanaan di lapangan, HIMPUH dapat langsung menuntut perbaikan atau kompensasi. Hal ini juga mendorong syarikah untuk lebih menjaga standar layanan mereka selama pelaksanaan ibadah haji.
Dalam hal penyelenggaraan, Firman menggarisbawahi bahwa Haji Khusus tahun 2025 berlangsung tertib dan kondusif. Pemerintah Arab Saudi menunjukkan ketegasan luar biasa dalam menindak praktik ilegal, termasuk haji tanpa visa resmi. Hal ini berdampak langsung pada kelancaran puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, di mana ketertiban dan kenyamanan jamaah jauh lebih terjaga.
“Kalau dibandingkan, situasinya mirip dengan tahun 2022 saat pandemi. Jumlah jamaah besar, tapi tertib. Ini membuktikan bahwa sistem regulasi dan kerja sama yang dibangun HIMPUH dengan syarikah berjalan dengan baik dan tepat sasaran,” tutup Firman.
Mohon untuk memberikan komentar dengan jelas, sopan, dan bijaksana
Segala tulisan di ruang publik dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihilangkan
Segala tulisan yang memberikan sentimen negatif terkait SARA, ujaran kebencian, spamming, promosi, dan berbagai hal yang bersifat provokatif atau melanggar norma dan undang-undang dapat diproses lebih lanjut sesuai undang-undang yang berlaku