himpuh.or.id

Terkena Kotoran Merpati di Masjidil Haram, Najis atau Tidak? Ini Penjelasan Ulama

Kategori : Berita, Khazanah, Ditulis pada : 23 Oktober 2025, 10:50:46

97085.jpg

HIMPUHNEWS - Kalau kamu pernah ke Masjidil Haram, Makkah, pasti sering melihat kawanan burung merpati beterbangan di sekitar Ka'bah. Jumlahnya banyak sekali, bahkan sering bertengger di atap masjid hingga halaman.

Tapi, pernah kepikiran nggak — kalau kena kotorannya, apakah itu najis?

Pertanyaan ini ternyata bukan hal sepele. Di kalangan ulama fikih, hukum kotoran burung merpati jadi perbincangan panjang dan menarik.

Berbeda Pandangan Antarmazhab

Perbedaan pendapat muncul karena para ulama memiliki dasar penilaian berbeda soal binatang yang halal dimakan.

Menurut penjelasan dalam kitab Al-Fiqh 'Ala Al-Madzahib Al-Arba'ah karya Syekh Abdurrahman Al-Juzairi(terjemahan Shofa’u Qolbi Djabir dkk), mazhab Syafi’i menyebut semua kotoran hewan yang dagingnya halal dimakan tetap najis, tanpa pengecualian.

Sementara itu, mazhab Hanafi menilai semua kotoran hewan halal dimakan tergolong najis ringan (mukhaffafah), kecuali burung yang terbang, seperti merpati atau pipit.
Untuk burung yang tidak bisa terbang, seperti ayam, itik, dan angsa — hukumnya tetap najis ringan.

Dua mazhab lain, yakni Maliki dan Hambali, berpendapat lebih longgar. Menurut mereka, kotoran hewan yang boleh dimakan adalah suci, kecuali bila hewan itu terbiasa makan hal-hal najis.

Jadi, kalau makanannya diragukan, baru kotorannya ikut dihukumi najis. Dalam konteks ini, kotoran burung merpati dinilai suci.

Dengan demikian, mayoritas ulama berpendapat bahwa kotoran merpati tidak najis, sementara hanya mazhab Syafi’i yang menilainya najis.

Burung Merpati, “Warga Tetap” Masjidil Haram

Selain soal hukum, merpati di Masjidil Haram punya sejarah dan status istimewa di kalangan masyarakat Makkah. Mereka sering disebut dengan berbagai julukan, seperti merpati tempat suci, merpati demam, atau merpati sunyi.

Peneliti sejarah Makkah, Samir Ahmed Barqah, mengatakan sebutan itu lahir dari keyakinan warga tentang keselamatan burung-burung tersebut di Tanah Suci.

“Merpati di Masjidil Haram disebut merpati demam karena cara mereka berkeliaran di sekitar Tanah Suci Allah yang aman. Mereka disebut merpati tempat suci karena mereka sangat yakin akan keselamatannya di Makkah,” kata Barqah dilansir Arab News pada 20 Juni 2023.

Menurut Barqah, merpati Makkah juga punya ciri khas fisik yang membedakannya dari burung lain: warna bulunya indah, matanya tajam, lehernya panjang, dan — yang menarik — mereka tidak takut manusia, meski berada di tengah keramaian ribuan jemaah.

Bahkan, katanya, merpati suci ini tidak pernah membuang kotoran di Ka'bah dan sekitarnya, seolah menjaga kesucian tempat itu secara alami. Tak heran kalau banyak jemaah menganggap mereka sebagai simbol kedamaian dan penjaga Tanah Suci.

Legenda: Dari Gua Tsur hingga Ababil

Kisah tentang merpati di Makkah juga sarat dengan cerita sejarah dan spiritualitas. Sebagian orang meyakini, merpati di Masjidil Haram adalah keturunan merpati yang bersarang di Gua Tsur saat peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW.

Konon, Allah SWT memberikan keberkahan kepada keturunan merpati itu sehingga mereka hidup damai di Makkah. Sementara Syekh Mohammed Tahir Al-Kurdi, sejarawan lain, menyebut merpati suaka itu justru berasal dari keturunan burung ababil — burung yang pernah diutus Allah untuk menghancurkan pasukan Abrahah.

Kini, merpati-merpati tersebut bukan hanya menjadi bagian dari Masjidil Haram, tapi juga ikon Masjid Nabawi di Madinah, di mana mereka beterbangan bebas dan menjadi daya tarik tersendiri bagi jemaah serta wisatawan.

messenger icon
messenger icon Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id