Sejarah Panjang Aceh–Makkah Hidup Lagi lewat Kampung Haji Indonesia
HIMPUHNEWS - Keberhasilan Indonesia mendapatkan izin pembangunan Kampung Haji di Makkah, Arab Saudi, menuai apresiasi dari berbagai kalangan. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Mujiburrahman, menilai capaian ini bukan hanya prestasi diplomasi, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap sejarah panjang hubungan Aceh dengan Tanah Suci.
“Capaian tersebut bukan hanya simbol keberhasilan diplomasi, tetapi juga cerminan kepemimpinan visioner yang berpihak pada kepentingan umat,” ujar Mujiburrahman di Banda Aceh, Selasa (22/10).
Menurutnya, langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya hadir sebagai negara besar di dunia Islam, tetapi juga dihormati karena kontribusi dan nilai spiritual yang dipegangnya.
Warisan Habib Bugak, Inspirasi Abadi
Mujiburrahman menjelaskan, gagasan Kampung Haji Indonesia memiliki akar sejarah panjang yang telah ditanam oleh ulama dan dermawan Aceh sejak berabad-abad lalu. Salah satunya adalah Habib Bugak Al Asyi, tokoh asal Aceh yang mewakafkan hartanya di Makkah pada abad ke-13 Hijriah.
“Bagi masyarakat Aceh, berkhidmat di Tanah Suci bukan hal baru. Sejak abad ke-13 Hijriah, sudah ada putra Aceh, Habib Bugak Al Asyi, yang mewakafkan hartanya untuk membantu jamaah dan pelajar asal Aceh di Makkah. Semangat seperti inilah yang kini dilanjutkan dalam skala nasional lewat Kampung Haji Indonesia,” katanya.
Habib Bugak dikenal sebagai saudagar Aceh yang membeli sebidang tanah di kawasan Qusyasyiah—sekarang di sekitar Bab Al-Fath, antara Marwah dan Masjidil Haram—untuk dijadikan wakaf produktif. Tujuannya sederhana tapi berdampak besar: membantu jamaah dan pelajar asal Aceh yang tinggal di Makkah.
Manfaat Wakaf yang Tak Pernah Padam
Hingga kini, wakaf Habib Bugak masih memberikan manfaat bagi jamaah haji Aceh. Dari hasil pengelolaannya, setiap tahun jamaah menerima tambahan dana sekitar 1.200 riyal Saudi (Rp 4,5 juta) untuk menunjang biaya selama berhaji.
Selain dana tunai, wakaf tersebut mengelola berbagai properti strategis seperti Hotel Elaf Masyair dan Ramada Hotel di Ajyad Mushafi, yang lokasinya hanya sekitar 250–300 meter dari Masjidil Haram. Ada juga hotel wakaf di kawasan Aziziah dengan kapasitas hingga 750 jamaah, serta lahan dan kantor wakaf di Aziziah dan Syaikiyah.
“Ini contoh konkret bagaimana nilai keagamaan, kedermawanan, dan kemandirian ekonomi bisa berjalan seiring. Wakaf Habib Bugak membuktikan bahwa investasi spiritual umat bisa melahirkan manfaat lintas generasi,” tutur Mujiburrahman.
Dengan hadirnya Kampung Haji Indonesia, semangat wakaf Habib Bugak kini menemukan napas baru di skala nasional. Proyek ini diharapkan menjadi pusat layanan jamaah haji Indonesia di Makkah, sekaligus memperkuat hubungan historis dan spiritual antara Aceh—sebagai pintu gerbang Islam Nusantara—dengan Tanah Suci.
Mohon untuk memberikan komentar dengan jelas, sopan, dan bijaksana
Segala tulisan di ruang publik dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihilangkan
Segala tulisan yang memberikan sentimen negatif terkait SARA, ujaran kebencian, spamming, promosi, dan berbagai hal yang bersifat provokatif atau melanggar norma dan undang-undang dapat diproses lebih lanjut sesuai undang-undang yang berlaku