Hikmah dan Nilai Pembelajaran dari Kesunahan Mencium Hajar Aswad
HIMPUHNEWS - Mencium Hajar Aswad menjadi keinginan hampir setiap muslim yang menunaikan ibadah haji atau umrah di Tanah Suci. Banyak dari jamaah rela berdesak-desakan agar dapat mencium atau sekedar mengusap Hajar Aswad.
Hajar Aswad terletak di sudut tenggara Ka'bah yang dulunya diletakkan oleh Nabi Ibrahim AS di atas fondasi dasar Baitullah. Jemaah yang hendak melakukan tawaf akan memulai dan mengakhiri tawafnya dari posisi sejajar dengan batu ini.
Mencium Hajar Aswad adalah sunnah bagi laki-laki dan mubah bagi perempuan. Karenanya perempuan tidak dianjurkan mencium Hajar Aswad kecuali dalam keadaan sepi.
Mencium Hajar Aswad adalah amaliah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam dan juga dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Nilai yang menonjol dalam mencium Hajar Aswad adalah kepatuhan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
Ibnu ‘Abbas Radiallahu Anhu bercerita bahwa Umar Radiallahu Anhu bersandar di rukun Hajar Aswad lalu berkata, “Sungguh aku mengetahui kamu hanyalah batu, sekiranya aku tidak melihat kekasihku Rasulullah SAW telah mencium kamu dan mengusapmu, niscaya aku tidak akan mengusapmu dan menciummu. Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan." (HR Ahmad dari Ibnu ‘Abbas).
Dari ‘Abis bin Rabi’ah dari Umar Radiallahu Anhu bahwasanya Umar datang mendekati Hajar Aswad lalu berkata, "Sungguh aku mengetahui bahwa kamu hanyalah batu, kamu tidak memberi mudharat maupun manfaat, sekiranya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu niscaya aku tidak akan menciummu." (HR Bukhari dari ‘Umar Radiallahu Anhu)
Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan dalam bersikap terhadap Hajar Aswad dengan sangat bijaksana. Jika memungkinkan, orang yang melakukan thawaf dianjurkan mencium Hajar Aswad.
Jika tidak mungkin, dia cukup menyentuhnya dengan tangan, kemudian mencium tangannya yang telah menyentuh Hajar Aswad itu. Jika tidak mungkin juga, dia cukup berisyarat dari jauh, dengan tangan atau tongkat yang dibawanya, kemudian menciumnya. Dengan demikian, mencium Hajar Aswad mencerminkan sikap kepatuhan seorang Muslim mengikuti tuntunan Rasulullah SAW.
Saat mencium Hajar Aswad, manusia diharapkan mengingat kembali janji yang pernah ia ikrarkan di hadapan Allah SWT. Ikrar tentang status kahambaan manusia di hadapan Tuhannya, ikrar yang menegaskan Allah satu-satunya Dzat yang patut disembah dan ditaati.
Mencium Hajar Aswad juga memberikan pelajaran tentang sikap tawadhu atau ketundukan menjalankan perintah Tuhan. Manusia adalah makhluk mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT, sementara batu adalah makhluk mati yang tidak berakal.
Kemuliaan yang diberikan kepada manusia kerap membuatnya lalai dan lupa akan hakikat statusnya sebagai hamba. Untuk mengingatkannya, manusia diperintahkan mencium makhluk dengan derajat yang lebih rendah dibanding dirinya, agar ia tidak sombong dan jumawa di depan makhluk-makhluk-Nya, apalagi di hadapan Sang Pencipta.
Abdullah bin Abbas pernah berkata bahwa Hajar Aswad adalah yaminullah fil-ardh (tangan kanan Allah di muka bumi). "Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di muka bumi, barangsiapa menyalami dan menciumnya, seakan-akan ia menyalami dan mencium ‘tangan kanan’ Allah." (HR Al-Azraqi, Abdurrazzaq dan Ibn Asakir dari Ibnu ‘Abbas RA)
Karena itu, saat mencium Hajar Aswad, manusia diminta untuk betul-betul berserah diri dan tunduk kepada Allah SWT karena hakikatnya ia sedang berhadapan dengan Tuhan penguasa semesta alam. Tunduknya hati dan pikiran akan mengantarkan seseorang mendapatkan siraman rahmat dan pencerahan dari-Nya.
Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abbas, diceritakan Hajar Aswad dulu berwarna putih, tapi karena sering dijamah tangan manusia yang penuh dosa, ia berubah menjadi hitam. Karena berubah menjadi hitam, disebutlah makhluk itu sebagai َHajar Aswad.
Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad adalah batu dari surga dan awalnya lebih putih dari salju. Dosa manusialah yang membuatnya menjadi hitam." (HR At-Tirmidzi dari Ibnu ‘Abbas RA)
Ibnu Hajar al-Asqallani menjelaskan, warna hitam Hajar Aswad memberikan petunjuk jika warna batu saja dapat berubah menjadi hitam legam karena disentuh manusia yang kerap berbuat salah dan dosa, bagaimana dengan hati manusia. Tentu hati akan lebih mudah berubah menjadi hitam jika pemiliknya sering berbuat dosa dan kesalahan. Mencium Hajar Aswad mengajarkan manusia agar senantiasa mengingat daya rusak dosa dan maksiat sangatlah besar.
Penjelasan hikmah mencium Hajar Aswad ini dijelaskan dalam buku Tuntunan Manasik Haji dan Umroh yang diterbitkan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama, 2020
Mohon untuk memberikan komentar dengan jelas, sopan, dan bijaksana
Segala tulisan di ruang publik dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihilangkan
Segala tulisan yang memberikan sentimen negatif terkait SARA, ujaran kebencian, spamming, promosi, dan berbagai hal yang bersifat provokatif atau melanggar norma dan undang-undang dapat diproses lebih lanjut sesuai undang-undang yang berlaku