Lima Amalan Utama untuk Menghidupkan Malam Lailatul Qadar
HIMPUHNEWS - Lalilatul Qadar termasuk bagian dari keistimewaan dan keutamaan Ramadhan. Lailatul qadar menurut mayoritas ulama hanya ada di bulan Ramadhan. Lailatul qadar dikatakan malam terbaik dari seribu malam. Di malam itu, doa hamba yang meminta kepada Allah akan dikabulkan. Tapi sayangnya, waktu kepastian lailatul qadar tidak ada yang tahu. Rasulullah sendiri juga tidak tahu kepan kepastiannya.
Akan tetapi, dari apa yang Rasulullah lakukan, setidaknya diketahui kemungkinan besar lailatul qadar ada di sepuluh akhir Ramadhan, karenanya, Rasulullah meningkatkan ibadahnya di sepuluh akhir Ramadhan. Aisyah berkata:
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله
Artinya:
“Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah,” (HR Al-Bukhari).
Menurut Ibnu Bathal, hadis ini menginformasikan kepada kita bahwa malam qadar terdapat pada sepuluh malam terkahir Ramadhan. Karenanya, Rasulullah SAW lebih fokus beribadah pada malam tersebut dan menganjurkan umatnya untuk melanggengkan ibadah di malam sepuluh terakhir.
Amalan Ibadah Paling Utama
Pertama, yang bisa kita lakukan dalam menghidupkan malam ini adalah berdiam atau i’tikaf di masjid sepanjang malam. Setiap langkah menuju masjid bernilai pahala, apalagi jika disempurnakan dengan i’tikaf dan beribadah di dalamnya. Untuk itu, alihkan semua aktivitas di malam hari dengan pergi dan i’tikaf di masjid. Ini cara terbaik agar kita terhindar dari kemaksiatan.
Inilah yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya, beliau beri'tikafdi sepuluh terakhir Ramadhan untuk mencari malam Lailatul Qadar. Bahkan tidak ketinggalan keluarga dan Sahabat beliau. Dalam riwayat sayyidah Aisyah, Rasulullah SAW bersabda:
كَانَ يَعْتَكِف العَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Artinya:
“Rasulullah SAW biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan sampai beliau. Setelah beliau wafat, kebiasaan i’tikaf ini tetap dilanjutkan oleh istri-istri beliau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kedua, qiyamullail (beribadah)/ I'tikaf di masjid tetap bernilai pahala. Namun hal itu tidak sempurna dan kurang utama. Kalau diibaratkan dengan uang, seseorang pasti akan memilih uang yang sangat banyak daripada yang sedikit. Untuk itu, sempurnakan i’tikaf dengan qiyamullail agar bernilai tinggi. Qiyamullah secara umum bermakna ibadah di malam hari, apapun ibadahnya, bisa itu dzikir, istighfar, shalawat, dan lain-lain. Secara spesifik, qiyamullail berarti shalat malam. Maka perbanyaklah shalat atau aktivitas ibadah lainnya sepuluh malam terakhir Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya:
“Barangsiapa yang qiyamullail pada malam Lailatul Qadar karena iman dan hanya berharap pahala kepada Allah, maka dosa-dosanya yang berlalu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ketiga, memperbanyak doa. Banyak-banyaklah meminta doa dimalam ini karena Allah SWT tidak akan pernah menolak permintaan hambaNya di malam ini. Ini sebagaimana ditegaskan dalam firmanNya QS. Al-Baqarah: 186 dan QS. Ghafir: 60. Namun secara formal, Rasulullah SAW dalam sabdanya menganjurkan doa berikut:
عن عائِشةَ رَضِيَ اللهُ عنها قالت: قلتُ: يا رسولَ اللهِ، أرأيتَ إنْ عَلِمْتُ أيُّ ليلةٍ ليلةُ القَدرِ، ما أقولُ فيها؟ قال: قُولي: اللَّهُمَّ، إنِكَّ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفوَ فاعْفُ عَنِّي
Artinya:
“Suatu ketika, sayyidah Aisyah meminta arahan kepada Rasulullah SAW tentang apa yang harus dibacakan kalau bertemu Lailatul Qadar. Rasulullah SAW menjawab, bacalah doa allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul afwa fa’fu anni.” (HR. Ahmad, al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Nasa’i).
Kalau kita merasa doa kita tidak diterima, berbaik sangkalah pada Allah SWT. Bisa jadi belum waktunya doa kita diberikan, atau sengaja Allah akhirkan, mungkin diakhirkan di dunia atau di akhirat. Kalau doa kita benar-benar ditolak, jangan salahkan Tuhan Yang Maha Kuasa. Salahkanlah diri sendiri. Karena barangkali ada yang salah dari kita atau karena menumpuknya dosa.
Keempat, memperbanyak baca al-Qur’an. Pada malam Lailatul Qadar, seluruh ayat al-Qur’an diturunkan ke langit dunia (lauh mahfuzh). Lihat surat al-Qadar. Untuk itu, di sepuluh terakhir ini, sudah sepatutnya kita melangitkan al-Qur’an. Al-Qur’an adalah pedoman yang dapat menyelamatkan dan memberi keberkahan. Momennya tepat berbarengan dengan puasa.
Rasulullah SAW bersabda al-Qur’an dan puasa kelak akan jadi penolong, syafa’at di hari kiamat. Berkaitan dengan Lailatul Qadar ini, banyak ulama menjelaskan bahwa al-Qur’an lebih utama dibaca di malam hari. Lebih utama lagi di waktu dini hari sepertiga malam.
Kelima, bersedekah atau berbagi. Bulan Ramadhan dikenal dengan syahrul muwasat (bulan berbagi). Rukun Islam zakat wajib ditunaikan pada bulan ini. Orang-orang juga jor-joran berinfak dan bersedekah. Ini sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW dalam penuturan sayyidah Aisyah, bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan di bulan Ramadhan (ajwadun nas fi syahri ramadhan).
Lebih-lebih di sepuluh terakhir Ramadhan. Beruntunglah orang rajin berbagi dan celakalah orang yang enggan memberi. Dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa malaikat mendoakan mereka sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Artinya:
“Ya Allah, berikan ganti (kebaikan, keberkahan, dll) pada orang yang berinfak. Ya Allah, hancurkanlah orang enggan berinfak (kikir).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Lima amalan ini sangat baik bila dimaksimalkan di sepuluh terakhir Ramadhan ini. Lebih hebat lagi, kalau bacaan al-Qur’an dan doa terintegrasi dalam shalat. Shalat yang biasanya lima menit bisa satu jam karena kita banyak atau panjang membaca ayat al-Qur’an. Sujud kita yang biasanya sekedar subhanallah, akan jadi lama dengan munajat dan doa-doa. Maksimalkanlah ibadah-ibadah individual ini. Kemudian lengkapi dan sempurnakan dengan ibadah sosial berbagi, berinfak dan bersedekah.
Mohon untuk memberikan komentar dengan jelas, sopan, dan bijaksana
Segala tulisan di ruang publik dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihilangkan
Segala tulisan yang memberikan sentimen negatif terkait SARA, ujaran kebencian, spamming, promosi, dan berbagai hal yang bersifat provokatif atau melanggar norma dan undang-undang dapat diproses lebih lanjut sesuai undang-undang yang berlaku