Drs. Sahlan Toro Luncurkan Buku “MICE: Strategi dan Penerapan”, Hadirkan Gagasan Strategis Masa Depan Pariwisata Indonesia

HIMPUHNEWS - Dunia pariwisata Indonesia kembali bergeliat dengan hadirnya karya intelektual baru. Seorang pakar dan praktisi senior bidang pariwisata dan event organizing, Drs. Sahlan Toro, M.Si, MT, CHU, meluncurkan buku terbarunya berjudul “MICE: Strategi dan Penerapan”. Peluncuran buku berlangsung di Kampus Politeknik Sahid, Jakarta, dan dihadiri oleh sivitas akademika, pelaku industri, serta sejumlah pegiat pariwisata.
Dalam karyanya ini, Sahlan Toro berupaya menjembatani dunia akademik dan praktik lapangan. Ia menulis buku tersebut sebagai panduan menyeluruh bagi mahasiswa, profesional, serta pemerintah daerah dalam memahami konsep Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition/Event (MICE) — sektor yang kini menjadi salah satu penopang utama ekonomi kreatif Indonesia.
“MICE kini menjadi ujung tombak industri pariwisata kreatif. Buku ini saya tulis agar mahasiswa, profesional, dan pemerintah daerah memiliki panduan dalam membangun event yang efektif, terukur, dan berdampak ekonomi nyata,” ujar Sahlan Toro dalam keterangan pers peluncurannya.
MICE, Lebih dari Sekadar Event
Melalui buku setebal lebih dari 200 halaman ini, Sahlan menghadirkan pendekatan sistematis terhadap dunia MICE: mulai dari strategi perencanaan, koordinasi dengan pemangku kepentingan, penyusunan anggaran, hingga penerapan prinsip keberlanjutan agar setiap acara memiliki nilai ekonomi dan sosial jangka panjang.
Menurutnya, MICE bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan instrumen nyata untuk menggerakkan ekonomi daerah dan memperkuat citra destinasi wisata.
“Perkembangan MICE di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan ditandai dengan bertambahnya destinasi unggulan, infrastruktur berkelas internasional, serta peningkatan kompetensi SDM melalui pelatihan dan sertifikasi,” jelasnya.
“Bertambahnya destinasi dan venue seperti NICE di PIK 2, Mandalika, dan Labuan Bajo adalah bukti nyata dukungan pemerintah.”
Sahlan menilai, penguatan industri MICE memerlukan strategi terpadu. Ia menyebut perlunya kombinasi antara SDM yang unggul, infrastruktur berstandar dunia, digitalisasi acara, penerapan prinsip keberlanjutan, dan kemudahan regulasi.
Latar Belakang Sang Penulis: Dari Rengsek ke Ruang Konferensi
Di balik capaian akademik dan profesionalnya, Sahlan Toro menyimpan kisah inspiratif. Lahir di Bantul, Yogyakarta, dari keluarga petani sederhana, sejak kecil ia telah terbiasa bekerja keras. Ia pernah berjualan daun kering (rengsek) untuk bahan bakar gerabah dan berkeliling menjajakan kerupuk demi membantu keluarga.
Semangat belajar membawanya merantau ke Jakarta setelah lulus dari SMP Muhammadiyah Pundong. Di ibu kota, ia menumpang di rumah kakaknya sembari menempuh pendidikan tinggi di bidang komunikasi hingga menyelesaikan jenjang magister. Kini, ia tengah melanjutkan studi doktoral di Sekolah Pascasarjana Sahid.
Karier profesionalnya pun berwarna. Sahlan telah mengunjungi lebih dari 50 negara sebagai Tour Leader Umrah, Haji, Wisata Muslim, dan Tour Halal. Ia juga aktif sebagai Master Trainer bidang pariwisata serta Ketua Paguyuban Dosen Politeknik Sahid.
“Selain sebagai akademisi, saya juga praktisi di bidang MICE. Hampir 10 tahun saya mengajar dan mempraktikkan ilmu yang saya peroleh di dunia kerja,” ungkapnya.
“Supaya ilmu yang saya dapat menjadi sedekah jariyah, maka saya tulislah buku ini dengan judul MICE: Strategi dan Penerapan. Buku ini cocok dibaca oleh mahasiswa, dosen, dan praktisi yang ingin mengembangkan bisnisnya di bidang MICE.”
Dari Teori ke Aksi: Membumikan Konsep MICE
Sahlan menyusun buku tersebut hanya dalam waktu tiga bulan — hasil perpaduan antara pengalaman lapangan dan teori akademik. Ia berupaya menyederhanakan konsep kompleks agar mudah dipahami tanpa kehilangan kedalaman ilmiahnya.
“Menyusun konsep yang kompleks menjadi buku yang mudah dipahami namun tetap komprehensif, serta menjaga konsistensi menulis di tengah kesibukan profesional, itu tantangan tersendiri,” katanya.
Salah satu bab favorit dalam bukunya terinspirasi dari pengalaman pribadinya ketika menjadi delegasi Indonesia di Visit Japan Travel Mart (VJTM). Dalam forum tersebut, ia memberikan masukan penting terkait kebutuhan wisatawan muslim di Jepang.
“Ketika menjadi delegasi Indonesia di VJTM, saya diminta tanggapan dan saran. Karena kami dari Komunitas Pencinta Wisata Muslim (KPWM), saya menyarankan agar tersedia tempat salat dan makanan halal di bandara, restoran, dan destinasi wisata,” ujarnya.
Bagi Sahlan, MICE tidak hanya mendatangkan wisatawan, tetapi juga memperpanjang lama tinggal mereka, meningkatkan belanja, serta membangun kompetensi SDM pariwisata.
“Meningkatkan kunjungan wisatawan, memperpanjang lama tinggal, meningkatkan belanja wisatawan, kompetensi SDM, promosi, dan citra destinasi — semua itu bisa dilakukan lewat MICE,” tegasnya.
Dalam pandangannya, kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan akademisi sangat penting untuk mendorong pertumbuhan pariwisata MICE.
“Saya menyebutnya Triple Helix: kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri. Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator harus memastikan regulasi yang mudah, akademisi sebagai penyedia ilmu dan riset pasar, dan industri sebagai penggerak utama,” paparnya.
Kontribusi untuk Dunia Akademik dan Industri
Buku MICE: Strategi dan Penerapan diterbitkan oleh Campustaka dan tersedia melalui Politeknik Sahid Jakarta. Karya ini diharapkan menjadi bahan ajar sekaligus panduan praktis yang relevan untuk dunia akademik dan profesional.
“Saya berharap buku ini bermanfaat, tidak hanya sebagai bahan ajar di kampus, tetapi juga sebagai inspirasi bagi pelaku industri dan pengambil kebijakan untuk memaksimalkan potensi pariwisata daerah mereka,” tutup Sahlan.
Sebelumnya, Sahlan Toro juga telah menulis “Panduan Wisata Jakarta” dan “Discover Indonesia”. Kini, melalui buku terbarunya, ia menegaskan komitmennya untuk terus berbagi ilmu dan pengalaman demi kemajuan industri pariwisata nasional.
Mohon untuk memberikan komentar dengan jelas, sopan, dan bijaksana
Segala tulisan di ruang publik dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihilangkan
Segala tulisan yang memberikan sentimen negatif terkait SARA, ujaran kebencian, spamming, promosi, dan berbagai hal yang bersifat provokatif atau melanggar norma dan undang-undang dapat diproses lebih lanjut sesuai undang-undang yang berlaku
        
    
    
        
        
    
    
        
        
    
    
        
        
    
    