Fakta Menarik Menara Masjid Nabawi, Dari Penanda Arah Kiblat hingga Saksi Sejarah Islam

HIMPUHNEWS - Masjid Nabawi tak hanya dikenal sebagai salah satu masjid paling suci bagi umat Islam, tetapi juga memiliki deretan menara ikonik yang menjulang dan menjadi penanda visual kota Madinah. Hingga kini, terdapat 10 menara Masjid Nabawi yang berfungsi bukan sekadar elemen arsitektur, melainkan juga bagian penting dari sejarah, teknologi, dan tata ruang ibadah modern.
Menara-menara ini dapat terlihat dari berbagai penjuru permukiman Madinah. Dengan bentuk silinder khas, setiap menara dilengkapi teknologi laser penunjuk arah kiblat yang mampu menjangkau hingga 50 kilometer, membantu orientasi salat di wilayah sekitar masjid.
Secara keseluruhan, Masjid Nabawi memiliki 10 menara yang dibangun dalam dua fase besar perluasan di era Saudi.
Empat menara berasal dari perluasan Saudi pertama, masing-masing memiliki tinggi sekitar 70 meter dengan kedalaman fondasi mencapai 17 meter. Sementara itu, enam menara lainnya dibangun pada perluasan Saudi kedua, dengan ketinggian yang lebih menjulang, yakni 104 meter.
Perbedaan tinggi ini mencerminkan perkembangan teknologi konstruksi sekaligus kebutuhan visual masjid yang semakin luas.
Masjid Nabawi Pernah Tanpa Menara
Menariknya, pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, Masjid Nabawi belum memiliki menara. Saat itu, azan dikumandangkan dari tempat-tempat tinggi di sekitar masjid.
Bilal bin Rabah, muazin pertama dalam Islam, disebut pernah mengumandangkan azan Subuh dari atap rumah seorang perempuan dari Bani Najjar. Praktik ini kemudian berkembang, di mana para muazin naik ke atap bangunan tertinggi di sekitar masjid demi menjangkau suara ke seluruh Madinah.
Pembangunan menara secara resmi baru dilakukan pada awal abad ke-8 Masehi. Umar bin Abdul Aziz, saat menjabat sebagai gubernur Madinah pada masa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (706–709 M), menjadi tokoh pertama yang memerintahkan pembangunan menara Masjid Nabawi.
Saat itu, empat menara dibangun di setiap sudut masjid. Namun, salah satunya kemudian dibongkar oleh Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik karena menghadap langsung ke rumah Marwan bin Al-Hakam. Sejak itu, masjid sempat hanya memiliki tiga menara dengan tinggi sekitar 4 meter.
Nama dan Letak Menara Masjid Nabawi
Setiap menara Masjid Nabawi memiliki nama dan posisi strategis:
-
Menara Tenggara dikenal sebagai menara utama dan menjadi yang paling dekat dengan Kubah Hijau.
-
Menara Barat Daya (Bab as-Salam) dibangun ulang pada abad ke-13 dan masih berdiri hingga kini.
-
Menara Bab al-Rahma awalnya dibangun di luar tembok masjid pada 1483, lalu digantikan dengan struktur yang lebih kokoh saat perluasan Saudi pertama.
-
Menara di sisi timur laut dan barat laut mengalami beberapa kali pembongkaran dan rekonstruksi sepanjang sejarah.
Perluasan Saudi dan Penambahan Menara Modern
Pada perluasan Saudi pertama, fokus dilakukan pada renovasi dan penguatan menara lama yang mulai rapuh. Dua menara di sisi utara dibangun ulang sepenuhnya.
Sementara itu, perluasan Saudi kedua menandai era modernisasi besar-besaran dengan penambahan enam menara baru, sehingga totalnya menjadi sepuluh. Seluruh menara dirancang selaras secara visual dan struktural dengan menara lama.
Empat menara ditempatkan di fasad utara, dua lainnya berada di tengah sisi utara tepat di atas Gerbang Raja Fahd.
Struktur Lima Lantai Menara Masjid Nabawi
Setiap menara Masjid Nabawi terdiri atas lima bagian utama:
-
Lantai dasar berbentuk persegi dengan diameter 5 meter.
-
Lantai kedua setinggi 2 meter dengan bagian bawah berbentuk segi delapan.
-
Lantai ketiga berbentuk silinder, berdiameter 5 meter dan tinggi 18 meter, berfungsi sebagai penopang utama.
-
Lantai keempat setinggi 15 meter dengan diameter 4,5 meter, dikenal sebagai leher menara.
-
Lantai kelima berakhir dengan kubah dan mahkota berbentuk kerucut.
Puncak menara dihiasi kubah bawang yang menopang bulan sabit perunggu berlapis emas 24 karat, setinggi sekitar 6 meter dengan berat mencapai 4,5 ton.
Menara Masjid Nabawi bukan hanya elemen estetika, tetapi juga simbol perjalanan panjang peradaban Islam—dari azan yang dikumandangkan di atap rumah sederhana hingga teknologi laser penunjuk kiblat di era modern.
Mohon untuk memberikan komentar dengan jelas, sopan, dan bijaksana
Segala tulisan di ruang publik dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihilangkan
Segala tulisan yang memberikan sentimen negatif terkait SARA, ujaran kebencian, spamming, promosi, dan berbagai hal yang bersifat provokatif atau melanggar norma dan undang-undang dapat diproses lebih lanjut sesuai undang-undang yang berlaku
