himpuh.or.id

Inilah Hasan Tata Abas, Figur Sederhana Asal Indonesia yang Jadi Asisten Setia Imam Masjid Nabawi

Kategori : Berita, Topik Hangat, Ditulis pada : 09 Juni 2023, 11:32:16

FotoJet (205).jpg

HIMPUHNEWS - Hasan Tata Abas memang bukan nama yang populer di telinga masyarakat. Namun tahukah Anda, pria asal Banten ini memiliki kiprah yang membanggakan, menjadi Asisten Imam Masjid Nabawi, di Kota Suci Madinah, Arab Saudi sejak tahun 2004.

Pria dengan kepribadian sederhana tersebut sehari-hari bekerja membantu Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, salah satu dari tujuh Imam Masjid Nabawi. Tugasnya antara lain menyiapkan ruangan, menyediakan makanan, minuman, dan tugas-tugas lainnya.

Selain itu, Hasan juga sering menemani Sang Imam dalam menjamu para tamu. Dengan cekatan, ia menyajikan qohwah atau teh campuran rempah-rempah, minuman khas Arab Saudi, kepada para tamu dan Syekh.

"Ketika Syekh sedang menyusun kitab-kitab, saya yang menyiapkan minumannya. Ketika ada tamu, saya yang membawakan oleh-oleh untuk tamu beliau ke mobil, saya yang mengangkatnya. Saya juga bertanggung jawab menyediakan dan menyiapkan kantor beliau. Saya melakukan pembersihan dan tugas-tugas lainnya," kata Hasan.

Sebagai seorang asisten, Hasan bekerja dari waktu Subuh hingga Isya. Pagi hari, ia memulai aktivitasnya di Maarots Kadimiyah Masjid Nabawi yang terletak di depan pintu 309. Setelah waktu Ashar, Hasan pindah ke Masjid Nabawi.

Hasan, yang telah mengabdikan dirinya sejak tahun 2004, tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi asisten Imam Masjid Nabawi. Saat itu, setelah menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren di Pandeglang, Banten, dia mengambil keputusan untuk mendapatkan beasiswa gratis di Universitas Islam Madinah (UIM).

"Awalnya, saya mencari kesempatan karena alasan ekonomi. Pada saat itu, saya hanya memiliki satu anak, dan saya memutuskan untuk mengikuti beasiswa gratis di Universitas Islam Madinah (UIM). Dengan izin Allah, saya berhasil lulus," ujar Hasan pada Rabu (7/6/2023).

Setelah itu, Hasan melamar pekerjaan di Arab Saudi melalui sponsor dari Bin Laden Group untuk ditempatkan di Masjid Nabawi. Bersama 47 peserta lainnya dari berbagai negara di dunia, Hasan mengikuti proses seleksi dan wawancara.

"Pada saat itu, Syekh membutuhkan tenaga asisten. Saya mengikuti wawancara, dan dengan takdir Allah, saya diterima. Alhamdulillah, jika Allah menghendaki. Salah satu persyaratan agar dapat lolos adalah hafalan 30 juz Al Qur'an, meskipun tidak wajib. Yang terpenting adalah kesopanan dan akhlak. Bagi kita orang Timur, kesopanan tidak perlu dibuat-buat, itu sudah menjadi tradisi," ucapnya.

Meskipun ia adalah seorang pelayan, Hasan mengaku bangga dengan tugasnya. Selain memiliki kesempatan untuk dekat dengan ulama-ulama besar, dirinya juga bisa shalat kapan pun di Masjid Nabawi. Termasuk mengunjungi Raudhah. 

Apalagi hadits Nabi Muhammad SAW menyatakan, orang yang melaksanakan shalat di Masjid Nabawi diganjar pahala 1.000 kali lipat dibandingkan shalat di tempat biasa. 

"Saya sering menangis, ya Allah saya ini warga Indonesia, orang kecil, orang bodoh ya. Di Indonesia saya itu tidur juga di pondok bambu, shalat juga di mushala kampung, saya merantau ke Arab Saudi, Allah beri kesempatan saya berkumpul sama orang-orang shaleh setingkat sahabat Rasulullah. Itu yang bikin saya nangis bahagia," tuturnya. 

Di zaman Rasulullah, orang seperti dirinya sama seperti orang baduy yang menyediakan air untuk wudhu dan membersihkan di masjid. Kebahagiaan lainnya adalah dimakamkan di pemakaman Baqi. "Kalau saya meninggal, ditakdirkan meninggal di Madinah saya dapat hadiah di makamkan di Baqi," katanya. 

Selama menjadi asisten Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, dirinya seringkali bertemu dan melayani para ulama besar tidak hanya Imam Masjid Nabawi tapi juga Imam Masjidil Haram. 

"Kadang yang bikin saya nangis terharu juga kalau pas Syekh Haramain ini ijtima di Masjid Nabawi. Dari Masjidil Haram datang ke sini ijtima yang menyuguhi beliau-beliau yang mulia itu saya. Nah saat beliau-beliau lagi ijtima musyawarah saya di belakang beliau menunggu panggilan," ucapnya 

Selain kerap bertemu para ulama, dirinya juga beberapa kali mengalami kejadian yang sulit diterima oleh nalar. 

"Pernah ada yang bertamu ke Syekh dengan berpakaian lusuh. Tadinya sempat dilarang oleh protokol tapi dipersilakan masuk oleh syekh. Sampai ke dalam nggak berbicara cuma diam," ujarnya. 

Saat itu, dirinya sempat menyuguhkan makan dan minum. Namun sajian yang dihidangkan tidak disentuh. "Pakaiannya lusuh, nggak putih, bersih tapi baunya harum, wangi sekali. Syekh enggak bilang apakah dia malaikat atau golongan manusia nggak tahu. Cuma dikatakan kekasih Allah," ucapnya

 

messenger icon
messenger icon Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id