himpuh.or.id

Astronom Ungkap Potensi Perbedaan Awal Ramdhan 1445H Indonesia dan Arab Saudi

Kategori : Berita, Topik Hangat, Ditulis pada : 08 Maret 2024, 18:38:28

IMG_0007.jpeg
HIMPUHNEWS - Umat Muslim seluruh dunia akan segera menyambut bulan suci Ramadhan 1445H. Meski begitu menurut beberapa ahli astronomi akan ada potensi perbedaan penetapan 1 Ramadhan di beberapa negara termasuk Indonesia dan Arab Saudi.

Dilansir Morocco World News, Kamis (7/3/2024), Astronomer asal Maroko Hicham El Aissaoui memprediksi, Arab Saudi akan mulai berpuasa pada 11 Maret 2024. Puasa tahun ini disebut akan berlangsung selama 30 hari.

Menurut International Astronomical Center (IAC) dalam lamannya, Arab Saudi baru akan menetapkan keputusan awal puasa 2024 setelah melakukan pengamatan hilal atau rukyatul hilal pada 10 Maret 2024 setelah matahari terbenam.


Hasil hisab IAC untuk kedudukan hilal di Makkah, Arab Saudi pada waktu pengamatan menyebutkan, bulan sudah terbenam 13 menit setelah matahari terbenam, umurnya 6 jam 22 menit, dan jaraknya dari matahari 3,4 derajat.


Data tersebut menunjukkan potensi terlihatnya hilal pada waktu pengamatan. Untuk itu, Arab Saudi diprediksi akan memulai puasa Ramadan pada 11 Maret 2024.


Tidak hanya Arab Saudi, awal puasa 2024 di sebagian besar wilayah negara Islam juga diprediksi mulai 11 Maret 2024. Sebab, konjungsi pusat akan terjadi pada 10 Maret, tepatnya pukul 9 pagi GMT atau pukul 16.00 sore WIB dan Bulan akan terbenam setelah Matahari terbenam di hampir seluruh wilayah negara Islam.


Beberapa wilayah yang dimaksud seperti Abu Dhabi di Uni Emirat Arab (UEA), Amman di Yordania, Kairo di Mesir, Khartoum di Sudan, dan Rabat di Maroko.


"Oleh karena itu, banyak negara diperkirakan akan memulai bulan Ramadan pada hari Senin, 11 Maret," demikian keterangan IAC dalam lamannya.

Sementara itu, menurut hasil hisab Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Indonesia tidak dimungkinkan melihat hilal pada waktu pengamatan yaitu, 10 Maret 2024. Tinggi hilal saat matahari terbenam di Indonesia pada waktu itu disebut belum memenuhi kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) yang dijadikan acuan Kementerian Agama (Kemenag).


Menurut kriteria MABIMS ini, hilal baru bisa teramati apabila mencapai ketinggian 3° dengan sudut elongasi 6,4°.

Sementara itu, ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 10 Maret 2024, berkisar antara -0,33° di Jayapura, Papua sampai dengan 0,87° di Tua Pejat, Sumatera Barat. Adapun, elongasi di Indonesia saat matahari terbenam pada 10 Maret 2024 menurut data hisab BMKG bekisar antara 1,64° di Denpasar, Bali sampai dengan 2,08° di Jayapura, Papua.

Hasil hisab ini pun nantinya akan dikonfirmasi melalui hasil rukyatul hilal yang dilakukan tim Kemenag pada 134 lokasi di seluruh Indonesia. Hasil pengamatan nantinya akan dijadikan rujukan dalam penetapan awal puasa 2024 di Indonesia melalui sidang isbat yang digelar 10 Maret 2024.


Selain perbedaan hasil hisab hilal Ramadan, penetapan awal puasa 2024 di Indonesia dan Arab Saudi bisa berbeda karena adanya perbedaan waktu yang disebabkan dari letak geografis antara kedua negara. Dimana Posisi hilal akan semakin tinggi dan mudah dilihat di semakin barat suatu wilayah pada tanggal yang sama.


Dikutip dari laman Kemenag, letak Arab Saudi lebih condong ke arah barat dari Indonesia. Hal ini menyebabkan, posisi hilal di Arab Saudi lebih tinggi dan dimungkinkan lebih terlihat pada waktu pengamatan dibandingkan Indonesia sehingga penentuan awal puasa 2024 di kedua wilayah ini berpotensi berbeda.

messenger icon
messenger icon Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id