Dari Pakaian ke Politik, Ini 10 Aturan Sosial yang Harus Dipatuhi saat Berkunjung ke Arab Saudi
HIMPUHNEWS - Arab Saudi, sebagai jantung dunia Islam dan penjaga dua tanah suci, bukan hanya dikenal karena tempat-tempat sucinya, tetapi juga karena tatanan sosialnya yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai syariat Islam. Bagi siapa pun yang datang—baik sebagai pekerja, pelajar, ekspatriat, maupun jamaah haji dan umrah—memahami adat dan aturan sosial adalah hal krusial demi kelancaran hidup dan interaksi harian.
Meski banyak perubahan sosial terjadi dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Saudi tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-hari. Berikut 10 hal penting yang perlu dipahami oleh pendatang agar tidak salah langkah saat tinggal atau berkunjung ke Arab Saudi:
1. Berpakaian Sopan Itu Wajib Sosial
Warga lokal Saudi dikenal dengan pakaian tradisionalnya—pria memakai thobe dan wanita mengenakan abaya. Pendatang non-Muslim memang tidak diwajibkan mengikuti, tetapi tetap diharapkan memakai pakaian yang longgar dan tidak terbuka. Pakaian mencolok atau ketat bisa mengundang teguran dari warga sekitar atau bahkan otoritas.
2. Saat Adzan Berkumandang, Semua Berhenti
Ketika waktu salat tiba, toko-toko akan tutup sementara dan aktivitas publik akan melambat. Pendatang sebaiknya menghormati momen ini. Jika Muslim, turut serta salat berjamaah akan sangat dihargai. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Antara orang munafik dan bukan adalah shalat Isya dan Subuh berjamaah.” (HR. Muslim)
3. Batas Jelas dalam Interaksi Lintas Gender
Berinteraksi bebas antara pria dan wanita non-mahram sangat dibatasi. Bahkan berjabat tangan atau menatap langsung bisa dianggap tidak sopan. Etika ini berakar dari firman Allah:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya…” (QS. An-Nur: 30-31)
4. Privasi Rumah Tangga Sangat Dijaga
Memotret orang tanpa izin, terutama perempuan, sangat dilarang. Bertamu tanpa pemberitahuan sebelumnya juga tidak disarankan. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam…” (QS. An-Nur: 27)
5. Jangan Teriak atau Emosional di Tempat Umum
Mengangkat suara, menunjukkan emosi berlebihan, atau terlalu ekspresif di tempat umum seperti masjid, kantor pemerintah, atau restoran bisa dianggap tidak sopan. Masyarakat Saudi menghargai ketenangan dan kendali diri.
6. Etika Makan: Sunnah Jadi Pedoman
Budaya makan di Saudi sangat dipengaruhi ajaran sunnah. Makan dengan tangan kanan, mengucapkan Bismillah, dan tidak berlebihan adalah hal biasa. Jika diundang makan, menolak harus dengan cara sopan. Mengkritik makanan secara langsung sangat tidak disukai.
7. Musik: Masih Dilarang Secara Syariat, Meski Ada Pelonggaran
Para ulama Saudi seperti Syaikh Bin Baz dan Syaikh Al-Utsaimin menyatakan musik sebagai sesuatu yang haram, merujuk pada QS. Luqman: 6.
Namun, kini pemerintah mengizinkan hiburan terbatas di zona khusus melalui General Entertainment Authority. Tetap saja, memutar musik di area umum, terutama di lingkungan konservatif, sangat tidak dianjurkan.
“Meski ada pelonggaran, nilai dasar Saudi sebagai penjaga dua tanah suci tetap memandang musik sebagai sesuatu yang terlarang dan tercela.”
8. Hati-hati Bicara Politik dan Agama
Mengkritik Raja, keluarga kerajaan, atau ulama secara terbuka bisa berujung ke persoalan hukum serius. Pendatang juga dilarang menyebar tafsir agama sembarangan. Pemerintah menjaga ini sebagai bentuk perlindungan terhadap stabilitas nasional.
9. Ramah Tapi Tetap Menjaga Jarak
Masyarakat Saudi dikenal ramah dan suka membantu, namun tetap menjaga jarak, apalagi dalam pergaulan lintas gender. Jangan buru-buru akrab, karena membangun kepercayaan di Saudi memerlukan waktu.
10. Ikuti Sistem, Maka Hidup Tenang
Saudi sangat tertib dan tegas dalam menerapkan hukum—mulai dari batas kecepatan, larangan merokok di tempat umum, hingga sistem antrian. Seorang ekspatriat pernah mengatakan:
“Kalau kita ikuti aturan, hidup di Saudi justru sangat nyaman dan tenang.”
Tinggal di Arab Saudi bukan berarti menghilangkan jati diri, melainkan menyesuaikan diri dengan adab lokal sebagai bentuk penghormatan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan memahami nilai-nilai ini, para pendatang bisa lebih mudah beradaptasi, dihormati, dan bahkan dicintai oleh masyarakat Saudi.
Mohon untuk memberikan komentar dengan jelas, sopan, dan bijaksana
Segala tulisan di ruang publik dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihilangkan
Segala tulisan yang memberikan sentimen negatif terkait SARA, ujaran kebencian, spamming, promosi, dan berbagai hal yang bersifat provokatif atau melanggar norma dan undang-undang dapat diproses lebih lanjut sesuai undang-undang yang berlaku