BSSN Bongkar Pola Ancaman Bom di Pesawat Haji: Bukan Lewat Jaringan Internet
HIMPUHNEWS - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Letjen TNI (Purn) Nugroho Sulistyo Budi, menegaskan bahwa ancaman bom terhadap pesawat Saudia Airlines yang terjadi pada pertengahan Juni 2025 sebetulnya tidak sulit dideteksi dari sisi komunikasi digital. Menurutnya, pola komunikasi pelaku tak menggunakan jaringan berbasis internet protocol (IP) seperti umumnya pelaku siber lain, melainkan melalui sambungan telepon langsung.
"Itu kan tidak melalui jaringan IP, ya, itu by call, ya. Ternyata mudah sebetulnya kalau mengindikasi ancaman yang seperti itu," kata Nugroho di kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (1/7).
Meski terbilang mudah terdeteksi secara teknis, Nugroho menegaskan bahwa pihaknya tetap memperlakukan setiap ancaman dengan serius. Ia menyebut, dalam banyak kasus teror, ancaman yang disampaikan secara terbuka sering kali justru tak pernah benar-benar terjadi. Namun, dampaknya terhadap sektor transportasi dan stabilitas nasional cukup besar sehingga tetap harus diwaspadai.
"Pernah enggak kejadian peledakan bom yang sudah kasih tahu sebelumnya? Akan tetapi, itu tetap diatasi, diwaspadai karena kita zero tolerance terhadap kemungkinan ancaman," ujar Nugroho.
Ia menyebut bahwa pengungkapan kasus lebih lanjut menjadi domain aparat penegak hukum. "Terkait dengan pelakunya, pihak kepolisian yang akan menjelaskan lebih lanjut. Tentunya kami berperan, tetapi untuk menjelaskannya, mungkin dari aparat," jelasnya.
Nugroho memastikan bahwa BSSN tetap siap memberikan dukungan lintas sektor dalam penanganan keamanan nasional. "Siap membantu jika kepolisian juga membutuhkan. Kami setiap saat bekerja sama dengan teman-teman di kepolisian, kementerian/lembaga, kami bantu sesuai dengan perannya, bidang fungsi dan tugas kami," ujarnya.
Seperti diketahui, dua kasus ancaman bom terjadi dalam sepekan terhadap pesawat yang membawa jemaah haji asal Indonesia. Pertama, pada Selasa (17/6), pesawat Saudia Airlines SV-5726 yang mengangkut 442 jemaah Kloter 12 Embarkasi Jakarta terpaksa mendarat darurat di Bandara Kualanamu, Medan. Hal ini menyusul ancaman bom yang dikirimkan via email oleh pihak tak dikenal sekitar pukul 07.30 WIB.
Empat hari kemudian, Sabtu (21/6), pesawat Saudia Airlines SV-5688 dengan 376 jemaah Kloter 33 Debarkasi Surabaya kembali melakukan pendaratan darurat di bandara yang sama, usai kembali menerima dugaan ancaman serupa.
Mohon untuk memberikan komentar dengan jelas, sopan, dan bijaksana
Segala tulisan di ruang publik dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihilangkan
Segala tulisan yang memberikan sentimen negatif terkait SARA, ujaran kebencian, spamming, promosi, dan berbagai hal yang bersifat provokatif atau melanggar norma dan undang-undang dapat diproses lebih lanjut sesuai undang-undang yang berlaku