himpuh.or.id

Fakta Sejarah Mimbar Nabi SAW: Jejak Nubuwah yang Masih Berdiri di Masjid Nabawi

Kategori : Berita, Topik Hangat, Ditulis pada : 23 Juli 2025, 10:00:36

WhatsApp Image 2025-07-23 at 11.14.51.jpeg

HIMPUHNEWS – Salah satu peninggalan paling penting dalam sejarah kenabian yang masih dapat disaksikan hingga kini adalah mimbar Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi. Lebih dari sekadar tempat khutbah, mimbar ini menjadi landmark saksi perjalanan dakwah sekaligus bukti nyata kenabian yang masih dirawat dengan penuh kehormatan.

Mimbar ini dibangun pada tahun ke-8 Hijriah, ketika Rasulullah SAW pertama kali menggunakan mimbar dari kayu pohon Tamarix yang berasal dari utara Madinah – daerah yang kini dikenal sebagai Al-Khalil.

Sebelumnya, saat shalat Jumat pertama kali disyariatkan di Madinah, belum ada mimbar. Rasulullah menyampaikan khutbah dengan bersandar pada batang pohon kurma. Namun, seiring bertambahnya jumlah jemaah dan para mualaf, diperlukan tempat yang lebih tinggi agar seluruh hadirin dapat melihat dan mendengar beliau dengan jelas.

Mimbar Nabi di Rawdah: Saksi Keagungan dan Simbol Nubuwah
Mimbar Nabi yang kini berdiri berada di bagian barat Rawdah Syarifah, dan mendapatkan perawatan setara dengan area suci lainnya di Masjid Nabawi. Mimbar ini memiliki tinggi lima meter, dan menjadi penguat sejarah serta simbol kerasulan.

Pada bagian atas pintu masuk mimbar, tertulis kalimat tauhid:
"La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah."

Mimbar ini dilengkapi dengan dua anak tangga berlapis karpet, pintu kayu, serta pagar berlapis emas yang mengelilinginya. Imam naik ke atas mimbar melalui tangga khusus untuk menyampaikan khutbah setiap Jumat dan hari besar keagamaan.

Lebih dari sekadar bangunan, mimbar Nabi adalah simbol kedekatan sejarah umat Islam dengan Rasulullah SAW, tempat di mana ajaran Islam disampaikan langsung kepada para sahabat, dan menjadi saksi dakwah yang mengubah sejarah dunia.

Masjid Nabawi di Madinah bukan sekadar tempat ibadah; ia adalah ruang sejarah hidup yang merekam jejak langkah Nabi Muhammad ﷺ. Di dalamnya terdapat berbagai peninggalan penting, salah satunya yang paling ikonik adalah al-Minbar (mimbar Nabi). Tempat inilah Nabi pernah berdiri menyampaikan khutbah, mengajarkan wahyu, dan menjadi saksi kebangkitan umat Islam di Madinah.

Asal-usul Mimbar Nabi ﷺ
Pada masa awal hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad ﷺ belum memiliki mimbar. Setiap kali menyampaikan khutbah Jumat, beliau bersandar pada batang pohon kurma di dalam masjid. Namun, seiring bertambahnya jumlah jamaah, kebutuhan akan tempat berdiri yang lebih tinggi pun muncul agar seluruh jamaah dapat melihat dan mendengar khutbah beliau dengan lebih baik.

Atas usulan seorang sahabat wanita Anshar (sebagian riwayat menyebutkan Ummu Sulaim atau seorang wanita dari Bani Najjar), dibuatlah mimbar kayu dari pohon Tamarisk (semacam kayu keras) yang terdiri dari tiga anak tangga. Mimbar itu pertama kali digunakan Nabi ﷺ pada tahun ke-8 Hijriah.

Salah satu peristiwa yang memperlihatkan keajaiban dan kepekaan spiritual adalah saat batang pohon yang biasa digunakan Nabi untuk bersandar menangis karena tak lagi dipakai. Suaranya terdengar seperti rintihan anak kecil hingga Nabi ﷺ turun dari mimbar dan memeluknya. Tangisan itu pun berhenti. Peristiwa ini menjadi bukti kerasulan yang tak terbantahkan bagi para sahabat.

Nabi bersabda: "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya aku tidak mendekapnya, niscaya ia akan terus menangis hingga hari kiamat."
(HR. Bukhari)

Simbol Kenabian dan Ilmu
Mimbar bukan hanya struktur fisik, tapi simbol penting dalam Islam. Ia menjadi tanda kenabian, kepemimpinan, dan penyebaran ilmu. Dari sinilah Nabi ﷺ menjelaskan hukum, menasihati umat, bahkan menyampaikan strategi perang dan perdamaian.

Oleh karena itu, posisi mimbar dalam Masjid Nabawi menjadi tempat yang sangat dimuliakan. Mimbar Nabi juga menjadi bagian dari area yang disebut “Raudhah”, yakni kawasan antara rumah Nabi dan mimbar, yang disebut oleh beliau sebagai:

"Salah satu taman dari taman-taman surga." (HR. Bukhari dan Muslim)

Perubahan Bentuk Setelah Wafat Nabi
Setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, mimbar beliau tetap digunakan oleh para khalifah: Abu Bakar, Umar, dan Utsman, dengan penambahan minimal. Namun seiring berjalannya waktu, bentuk fisik mimbar mengalami beberapa perubahan:

  • Masa Muawiyah bin Abu Sufyan (Khalifah Umayyah): menambahkan beberapa tingkat pada mimbar.
  • Masa Abbasiyah dan Mamluk: mimbar diperindah dengan ornamen, tanpa mengubah nilai simboliknya.
  • Masa Utsmaniyah (Ottoman): mimbar diganti dengan bahan marmer dan dilengkapi ukiran Islami, namun tetap menghormati lokasi aslinya.
  • Masa Saudi Modern: kini, mimbar yang digunakan merupakan struktur modern, tetapi posisi asli mimbar Nabi tetap ditandai dan dihormati.

Mimbar yang digunakan saat ini berada tidak jauh dari mihrab Nabi, dan mimbar asli Nabi telah digantikan dengan struktur yang lebih besar dan mewah demi kebutuhan jamaah yang terus bertambah. Namun, posisi asli mimbar Nabi tetap dipertahankan, dan menjadi tempat yang sering dizia

messenger icon
messenger icon Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id