himpuh.or.id

Hasil Riset Ilmuan Buktikan Hajar Aswad Bukan Batu dari Bumi

Kategori : Berita, Topik Hangat, Ditulis pada : 15 Oktober 2025, 09:00:55

57749602338-untitled-1_copy.jpg

HIMPUHNEWS - Hajar Aswad, batu hitam yang menjadi pusat perhatian jutaan jemaah haji dan umrah di Ka'bah, selama ini diyakini umat Islam sebagai batu dari surga. Kini, sejumlah penelitian ilmiah justru memberi temuan menarik: batu tersebut kemungkinan besar memang berasal dari luar bumi.

Dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan At-Tirmidzi dan dikutip dari buku Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah karya Muslim H. Nasution, disebutkan:

“Hajar Aswad adalah batu dari batu-batuan surga.” (HR At-Tirmidzi)

Antara Keyakinan dan Penelitian Ilmiah

Dalam sejarah Islam, Hajar Aswad dikisahkan dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim AS untuk diletakkan di Ka'bah. Batu ini kemudian kembali dipasang oleh Nabi Muhammad SAW saat renovasi bangunan suci tersebut. Hingga kini, mencium atau menyentuhnya menjadi bagian dari sunnah dalam ibadah tawaf.

Menariknya, keyakinan ini kini bersinggungan dengan hasil riset modern. Salah satu penelitian menonjol datang dari Elsebeth Thomsen, ilmuwan asal University of Copenhagen, dalam studinya “New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka'ba.”
Thomsen mendapati bahwa Hajar Aswad memiliki kemiripan dengan kaca impaksit—material yang terbentuk akibat tumbukan meteorit besar di permukaan bumi.

Batu ini bahkan dikaitkan dengan kawah Wabar di wilayah Rub’ al Khali, Arab Saudi, yang ditemukan penjelajah Inggris Harry St. John Philby pada tahun 1932.

Ciri Fisik Mirip Kaca Meteorit

Berdasarkan penelitian Dietz dan McHone (1974), Hajar Aswad tersusun dari delapan potongan kecil yang disatukan dengan perak. Permukaannya hitam mengilap, sementara bagian dalamnya putih seperti susu—bahkan disebut bisa mengapung di air, sifat yang tidak umum pada batu biasa atau meteorit logam.

Kaca impaksit dari kawah Wabar juga memiliki ciri serupa: bagian luar hitam berkilau, bagian dalam putih berpori, dan mengandung nikel serta besi hasil panas tinggi dari tumbukan meteorit. Kajian lanjutan oleh El Goresy et al. (1968) menunjukkan kaca tersebut terbentuk akibat lelehan pasir silika ketika meteorit menghantam bumi.

Thomsen membandingkan sampel kaca Wabar yang disimpan di Museum Geologi Kopenhagen dengan deskripsi Hajar Aswad. Hasilnya mencolok—kemiripan kuat di antara keduanya. Usia material itu diperkirakan mencapai 6.400 tahun, dan kemungkinan besar dibawa ke Makkah oleh kafilah kuno dari Oman yang melintasi jalur dagang sekitar kawasan Wabar.

Sejarah dan Keyakinan: Dua Perspektif yang Saling Melengkapi

Dalam catatan klasik Islam, Hajar Aswad digambarkan sebagai batu terakhir yang diletakkan Nabi Ibrahim AS untuk menyempurnakan Ka'bah. Prof. Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli dalam bukunya Sejarah Ka'bah menulis, batu itu diberikan oleh malaikat Jibril sebagai anugerah dari surga.

Riwayat Imam Ath-Thabari juga mencatat, ketika Nabi Ismail AS mencari batu untuk Ka'bah, Nabi Ibrahim AS sudah meletakkan Hajar Aswad. Saat ditanya asalnya, beliau menjawab bahwa batu itu dibawa oleh Jibril dari langit.

Buku Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah karya Muslim Nasution pun menyebut:

Hajar Aswad bukanlah batu yang berasal dari bumi, melainkan batu suci yang diturunkan dari surga. Awalnya berwarna putih, lalu berubah menjadi hitam karena dosa manusia.”

Rasulullah SAW bersabda: “Hajar Aswad turun dari surga berwarna lebih putih dari susu, lalu menjadi hitam akibat dosa-dosa Bani Adam.” (HR Tirmidzi)

Temuan ilmiah yang mengaitkan Hajar Aswad dengan meteorit Wabar dianggap memberi penjelasan ilmiah tanpa mengurangi nilai spiritualnya. Kesamaan ciri fisik justru memperkuat pandangan bahwa batu ini memang bukan berasal dari bumi, melainkan benar-benar memiliki “jejak langit”.

messenger icon
messenger icon Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id