Yaa Nabi Salam Alaika, Yaa Rasul Salam Alaika, Madinah I’m Comming!
05 | Liputan Khusus Tim Survei Umrah Himpuh
Umrah di masa pandemi Covid-19 :
“Yaa Nabi Salam Alaika, Yaa Rasul Salam Alaika, Madinah I’m Comming!”
Tanggal 27 November 2020, pukul 14.00 WSA tim survei Himpuh bergerak menuju bis yang akan membawanya ke Madinah. Mereka merebahkan tubuhnya di dalam bis yang masih kosong. Rasa lelahnya dihempaskan oleh kokohnya Masjidil Haram yang tampak di hadapannya. Mereka hanya mampu memandang dalam diam bangunan ibadah itu.Tatapan nanar tanpa aksara, sulit diterjemahkan. Yang tampak hanyalah bayangan nyata yang menari-nari, memanggilnya untuk segera kembali lagi. Teringat jelas lengang-nya thawaf, bagaimana berkesannya saat beringsut ke jalur paling depan agar telapaknya mampu menggapai Ka’bah sambil berderai kucuran air mata. Terngiang kembali rangkaian perjalanan 6 hari di Makkah. Betapa indahnya bila kita mampu bercengkrama dengan keimanan hingga akhir usia ini.
Bis yang melelapkan tim survei Umrah Himpuh hingga Madinah
Tanpa terasa bis telah sampai di depan Hotel Roove saat waktu Madinah menunjukkan angka 20.30. Kunci kamar telah dibagikan oleh muthawif di dalam bis. Seperti biasa jamaah dipanggil satu-persatu dan diinstruksikan turun dari bis bersama dengan teman sekamarnya. Ketika turun dari bis mereka sudah disambut oleh berderet petugas dari muassasah, Kementerian Haji dan Umrah, Kementerian Kesehatan serta kepolisian.
Bagasi disemprot desinfektan terlebih dahulu sebelum dikirim ke kamar jamaah
Petugas hotel menyemprotkan desinfektan ke koper jamaah satu-persatu sebelum dikirim ke kamar masing-masing. Kondisi penjagaan di hotel Madinah tidak seketat saat di Makkah. Jamaah dibebaskan berjalan tanpa didampingi petugas saat menuju kamarnya. Rombongan hanya disyaratkan cek suhu tubuh dan membilas tangan dengan hand sanitizer.
Cek suhu tubuh jamaah di pintu masuk hotel
Jamaah membilas tangan dengan hand sanitizer
Sebelum masuk kamar tim khusus menyempatkan menyusuri lengangnya seputar hotel. Sepinya Madinah bagai kota yang telah lama ditinggalkan penduduknya. Jauh dari keramaian dan gemerlap cahaya lampu khas kota Madinah, tidak tampak lagi berjubelnya jamaah dari berbagai negara. Pemilik hotel memilih menutup hotelnya karena pertimbangan biaya operasional yang tinggi, memang berat bila tiada pemasukan yang memadai. Demikian juga dengan toko ataupun restoran, saat kondisi umrah normal mereka buka 24 jam. Kini suasana ramai itu seolah tidak pernah terjadi.
Betapa lengangnya kota Madinah
Jamaah masuk kamar bersamaan dengan petugas hotel mengantarkan makan malam. Tampilan penyajian makanan sangat menarik, berupa kotak besar seperti layaknya box kue tart di Indonesia. Variasi menu-pun lebih mengundang selera
. Makanan dalam box Variasi makanan lengkap
Pagi keesokan harinya (28/11) tim survei Himpuh menikmati kemudahan akses masuk Masjid Nabawi. Sangat bertolak belakang dengan penerapan protap di Masjidil Haram. Di Masjid Nabawi seluruh jamaah bebas keluar masuk secara mandiri tanpa harus didampingi muthawwif ataupun guide dari muassasah. Bagi penduduk setempat pintu terbuka lebar, tanpa harus mendaftar terlebih dahulu pada aplikasi Eitmarna.
Hamparan karpet tidak tampak digelar, jamaah membawa sajadah masing-masing yang digelar sesuai tempelan stiker hijau ‘physical distancing’
Waktu Subuh di Madinah pukul 05.25 WSA. Seluruh pelataran Masjid Nabawi selalu ditutup total, larangan mendirikan shaf-shaf baru dengan dipasangnya pagar-pagar hijau, sekaligus dipergunakan sebagai jalur akses masuk ke dalam masjid. Di depan pintu masjid, jamaah diarahkan berjalan melewati scan temperature machine.
Pagar hijau dipasang rapat di pelataran Masjid Nabawi, agar jamaah tidak mendirikan shaf baru
Gentong-gentong air Zamzam, juga tidak tampak berderet, sama dengan kondisi di Masjidil Haram. Khusus jamaah wanita telah disiapkan air mineral kemasan 330ml yang dibagikan saat memasuki masjid, namun tidak demikian untuk jamaah pria, tidak disiapkan pembagian air mineral. Hamparan wanginya karpet Masjid Nabawi tidak lagi tampak digelar. Begitu pula Al Qur'an tidak tampak tersusun pada rak-nya.
Air Zamzam khusus jamaah wanita Rak Al Qur’an tampak kosong
Kondisi di dalam Masjid Nabawi lebih ramai dibandingkan dengan Masjidil Haram dan suasananya sangat kondusif Jamaah bebas memilih shaf yang diinginkan tanpa ada peraturan khusus. Tinggal dipilih salah satu stiker physical distancing warna hijau yang terpasang berjejer di atas mengkilatnya lantai Masjidil Haram sebagai tanda diperbolehkan menggelar sajadah.
Stiker physical distancing warna putih terpasang lekat diatas karpet
Hari ini (28/11) tim survei Umrah Himpuh berkesempatan mengunjungi Masjid Quba secara mandiri mengendarai transportasi umum, pihak Kementerian Arab Saudi masih melarang program ziarah selama masa pandemi.
Di area halaman masjid Quba suasana sepi sudah terasa. Lokasi ini biasanya dipenuhi berderet-deret lapak penjual makanan ataupun barang-barang khas Arab disertai ramainya pengunjung dari berbagai negara melangsungkan transaksi jual beli. Namun saat ini kondisi tersebut sirna, hanya beberapa lapak saja yang tampak menggelar dagangannya, hanya penjual yang menggantungkan hidup mengais rezeki di area Masjid Quba. Di Dalam Masjid Quba tampak sangat lengang, tim khusus melewati pintu manapun tanpa ada larangan. Hamparan karpet masih terpasang rapi, stiker physical distancing terpasang lekat di atas karpet. Setelah melaksanakan shalat sunnah, tim khusus Himpuh meninggalkan Masjid Quba kembali ke hotel.
Stiker physical distancing warna putih terpasang lekat diatas karpet
Keesokan harinya (29/11) tim khusus melaporkan dinginnya udara kota Madinah terasa menusuk tulang. Perubahan suhu berkisar antara 7 hingga 17 derajat celcius.
Hari Ahad tanggal 29 November 2020, pukul 10.00 merupakan jadwal tim survei Umrah Himpuh mengunjungi Raudhah untuk berziarah ke makam Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para sahabat. Informasi ini telah disampaikan oleh muthawif sesaat sebelum masuk kota Madinah.
Prosedur Mengunjungi Raudhah.
1. Jamaah berkumpul di pelataran hotel.
Jamaah di luar hotel, persiapan menuju Raudhah
2. Muthawif mengarahkan agar jamaah berbaris rapi di pelataran hotel tersebut.
Jamaah pria berbaris rapi di depan hotel
3. Jamaah pria dan wanita berdiri pada jalur terpisah.
4. Jarak baris antar jamaah selebar 1,5m.
Jamaah pria berbaris rapi di depan hotel
5. Muassasah menunggu konfirmasi dari pengurus Masjid Nabawi by phone sebelum membawa rombongan berjalan kaki menuju Raudhah.
Petugas muassasah menunggu konfirmasi dari petugas Raudhah Masjid Nabawi
6. Setelah confirm rombongan berbaris di pintu 25.
Barisan pria di depan pagar pintu 25 Masjid Nabawi
Barisan wanita di depan pintu pagar 25 Masjid Nabawi
7. Barisan jamaah pria diarahkan menuju pintu 37 kemudian berbaris di atas stiker yang telah ditentukan. Tampak jamaah pria Pakistan berbaris hanya dalam satu line karena jumlah mereka yang pergi umrah tidak sebanyak jamaah dari Indonesia.
Jamaah pria Pakistan berbaris hanya dalam satu line, barisan jamaah pria diarahkan menuju pintu 37
8. Barisan jamaah wanita diarahkan menuju pintu 25. Sebelum masuk masjid wajib menunjukkan tasreh kepada petugas kesehatan.
Jamaah wanita wajib menunjukkan tasreh kepada petugas kesehatan.
9. Sesampainya di pelataran depan pintu 37 seluruh jamaah pria diarahkan berdiri di atas titik putih yang telah ditentukan. Antrian taftis ini merupakan check point untuk menuju ke Raudhah, disini dijaga oleh tim Kementerian Haji dan Umrah (bukan polisi/askar).
Antrian taftis jamaah pria di depan pintu 37
Tim Kementerian Haji dan Umrah
10. Sebelum masuk Raudhah jamaah melewati pemeriksaan tasreh.
Pemeriksaan tasreh jamaah pria
11. Jamaah diarahkan maju mendekati pintu masuk Masjid Nabawi dengan posisi duduk diatas stiker physical distancing, kali ini berwarna hijau.
Jamaah duduk menunggu giliran masuk Raudhah
12. Antrian disini menunggu keluarnya jamaah yang sedang berada di dalam Raudhah, dimana setiap sesinya diberi waktu berdoa selama 10 menit.
13. Jamaah diarahkan menuju Raudhah melewati pintu Jibril, letaknya di belakang makam Rasulullah صلى الله عليه وسلم
14. Jamaah melewati scanner temperature camera system. Cek suhu tubuh lagi.
15. Di Raudhah telah ditempel stiker physical distancing berwarna hijau dan tiap shaf mendapatkan bonus 1 botol air Zamzam, jamaah bebas memilih shaf yang diinginkan.
16. Di dalam Raudhah dipasang alat timer countdown selama 10 menit tiap sesi rombongan. Bila waktunya telah habis, jamaah diarahkan untuk segera keluar Raudhah.
17. Waktu 10 menit sangatlah cukup dan berkualitas untuk shalat dan berdoa bila tanpa dibarengi tragedi desakan massal yang selalu terjadi pada saat Umrah normal.
Tim khusus Himpuh sangat merasakan kenyaman dalam berdoanya kali ini, tanpa harus bersentuhan dengan jamaah yang lain. Kelonggaran tempat di Raudhah melonggarkan hati mereka untuk berlama-lama shalat sunnah dan berdoa sepuasnya. Tak terbayangkan hadiah istimewa dari ALLAH Ta’ala telah membawanya terbang menuju ke tempat agung ini.
Mereka merasakan hal yang sama, seolah langkah kakinya sangatlah ringan saat menapaki jalur menuju Raudhah. Campur aduk antara haru dan bahagia menyatu dalam desahan nafasnya dan meluapkan bisikan Shalawat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang meluncur deras tanpa batas, di ujung penantian panjangnya telah tergapai. Yang tersisa hanyalah desiran lembut yang menyelimuti ruhaninya. Terciptalah doa-doa indah dikulum, menyeruak bersama isak yang membahana, gemuruh dalam syahdu, saling bersahutan, gegap gempita dalam senyap, aura di balik mihrab Raudhah. Setelah menunaikan seluruh angannya, rombongan jamaah diarahkan untuk keluar Raudhah sambil mengucapkan salam buat Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para sahabat beliau.
Waktu 10 menit dalam penunjuk timer countdown terasa masih terlalu singkat untuk bermanja denganNYA, rentetan doa panjang belum tertunaikan seluruhnya, walau tanpa disadarinya mata sudah tampak sembab menahan haru berkepanjangan.. Kesempatan indah yang hanya diberikan oleh ALLAH Ta’ala hanya kepada orang-orang terpilih.
Rombongan kembali pada titik kumpul yang telah diinformasikan sebelumnya. Sesuai protap, rombongan yang berkunjung ke Raudhah harus sesuai jumlahnya dengan saat keluar hotel tadi. Rombongan kembali ke hotel didampingi petugas dari muassasah.
Kepulangan Tim Survei Umrah Himpuh
Tanggal 30 November 2020, waktunya tim survei umrah Himpuh kembali pulang ke Indonesia. Pesawat Saudi Arabian Airlines akan membawa mereka bertemu kembali dengan keluarga tercinta.
Selama 10 hari program umrah masa pandemi ini berjalan, tim khusus selalu didampingi ataupun dipantau oleh tim Kementerian Haji Arab Saudi dan tim muassasah. Kebersamaaan yang sangat erat ini memunculkan kedekatan baru yang terbina dengan baik. Tidak pernah terlintas sedikitpun, bahwa mereka akan bertemu dengan orang-orang baik yang akan memberinya pengalaman yang luar biasa ini, melaksanakan ibadah umrah dengan cara protokoler yang demikian rumit dan wajib ditaati.
Tiket tim khusus Himpuh
Pesawat akan take off pukul 19.30 WSA. Rombongan akan meninggalkan hotel pada pukul 10.30 Seperti biasa, para jamaah memastikan bahwa namanya sudah tercantum pada daftar penumpang yang tertempel di kaca depan bis.
Daftar nama-nama penumpang bis yang akan mengantar rombongan ke Jeddah
Tim survei Umrah Himpuh bersama tim Kementrian Umrah dan Haji serta tim muassasah
Bis bergerak dari Madinah menuju The new King Abdulaziz International Airport (KAIA). Perjalanan ini akan ditempuh selama 6 jam, tanpa ziarah. Dalam masa pandemi seluruh program ziarah ditiadakan. Tim khusus membawa jatah lunch box dari hotel sebagai bekal dalam perjalanan, menu super lengkap kali ini dinikmati di atas bis, bersama asa diundang kembali memandang baituLLAH.
Lunch box hotel Menu lunch box
Rombongan sampai di KAIA pada pukul 16.00 WSA. KAIA adalah bandara terbesar keempat di dunia. Bandara ini memiliki landasan pacu khusus dirancang untuk melayani 10 pesawat besar, serta disiapkan landasan pacu lainnya jika jumlah jemaah Haji dan Umrah nantinya semakin meningkat.
The new King Abdulaziz International Airport (KAIA) yang megah dan berteknologi tinggi
Proses check in di KAIA dilakukan oleh masing-masing jamaah (self check in). Saat ini tidak ada pendampingan tim handling bandara dan tidak ada porter yang membantu mengangkat koper. Proses check in bagasi sangat mudah, tidak ada kendala yang berarti walaupun bagasi mereka overweight 2-3 kg.
Di situs resminya Saudi Airlines menyampaikan :
If you are flying to Indonesia, you are kindly requested by authorities in Indonesia to follow health guidance below to keep you protected when you travel with SAUDIA.
- Non-Indonesian guests must possess negative swab PCR examination results for COVID-19 issued by the health authority of respective country by private labs which are accredited by the Saudi Ministry of Health.
- Indonesian guests recommended holding negative PCR test results for COVID-19.
- PCR test results are valid for 7 days and must be written in English.
- Statement of Compliance to the quarantine protocol for 14 days in facilities provided by the Indonesian government or (self-quarantine).
- Form for personal data and health data through the electronic health alert card (EHAC) application via the link here.
Berdasarkan pernyataan di atas, seharusnya jamaah Umrah yang kembali dari Arab Saudi direkomendasikan menunjukan bukti PCR tes dengan masa validasi 7 hari sebelum penerbangan ke Indonesia. Pada kenyataanya rombongan jamaah Umrah keberangkatan tanggal 22 November ini hanya mengantongi hasil PCR tes tertanggal 24 November 2020, itupun hanya dalam bentuk list yang dikuatkan oleh KJRI Jeddah, bukan berbentuk hasil tes lab. Surat ini diupayakan oleh tim Mr. Umar Misky selaku penanggung jawab rombongan.
Lampiran surat KJRI Jeddah, daftar hasil PCR tes jamaah pada tanggal 24 November
Selanjutnya mereka melewati pengecekan bagasi kabin. Proses ini melalui tahapan yang cukup panjang dan rumit. Barang bawaan wajib dikeluarkan dari dalam tas, dan petugas menanyakan tentang kegunaan masing-masing barang tersebut. Tim khusus memberikan tips, agar mudah saat melewati proses ini, sebaiknya tas kabin tidak tampak besar.
Boarding pass sudah di tangan
Prosedur selanjutnya adalah stamp immigration dan scan finger, untuk mendapatkan validasi check exit, tim khusus diarahkan meletakkan barangnya untuk melewati x-ray. Disini dipisahkan antara jalur pria dan jalur wanita. Proses ini mengulang lagi seperti cek kabin sebelumnya. Seluruh barang dalam tas dikeluarkan satu-persatu dan ditanyakan kegunaanya. Setelah seluruh proses terlewati dengan baik, tim khusus menuju waiting room yang dapat dicapai dengan mengendarai skytrain.
Antrian boarding
Proses boarding di KAIA tidak diberlakukan protap yang ketat. Penumpang pesawat saat ini cukup banyak, selain rombongan tim khusus juga terisi oleh tenaga kerja Indonesia, mahasiswa dan pengusaha. Selama masa pandemi seluruh jamaah Umrah tidak diizinkan membawa air Zamzam tambahan di bagasi seperti yang biasa terjadi di masa Umrah normal.
Tim survei umrah Himpuh menjelang take off
Safety seal : masker, hand sanitizer tisu basah, tisu kering
Menu makan malam di pesawat
Setelah melewati penerbangan panjang, tanggal 1 Desember 2020 pukul 09.00 WSA tim khusus landing di Bandara Soekarno – Hatta International. Jamaah langsung diarahkan duduk pada ruangan di terminal 3 guna mengisi beberapa form isian untuk validasi hasil PCR.
Prosedur Di Terminal Kedatangan
1. Penumpang akan diarahkan mengisi form untuk validasi. Tim survei umrah Himpuh telah memiliki hasil tes PCR di Arab Saudi tertanggal 24 November 2020 (dalam bentuk surat dari KJRI Jeddah).
Antrian penumpang di terminal kedatangan, menunggu validasi kesehatan
2. Form isian yang harus dilengkapi oleh penumpang adalah “Klirens Kesehatan” dan “Kartu Kewaspadaan Kesehatan”. Untuk penerbangan internasional, penumpang diberikan form isian manual, berbeda dengan penerbangan domestik, kartu kewaspadaan kesehatan sudah dalam bentuk digital melalui aplikasi E-Hac.
Formulir yang harus diisi pada saat kedatangan
3. Kemudian dilanjutkan pengecekan suhu badan, saturasi dan pengecekan dokumen.
Antrian pengecekan suhu badan dan pemeriksaan dokumen
Pemeriksaan saturasi tubuh
4. Pengecekan dan validasi formulir. Termasuk dalam pemeriksaan adalah hasil tes PCR. Petugas akan membubuhkan stempel “VALID” pada formulir penumpang. Di counter ini juga merupakan keputusan perlu atau tidaknya penumpang di karantina di Jakarta.
Counter validasi formulir kesehatan
Hasil clearance kesehatan
5.Setelah melalui seluruh prosedur tersebut, penumpang melakukan pemeriksaan dokumen keimigrasian (paspor) dan petugas imigrasi akan menstempel paspor sebagai bukti sudah masuk kembali di wilayah Republik Indonesia.
6. Setelah selesai proses keimigrasian, maka jamaah sudah dapat mengambil bagasinya di airport belt conveyor. Bandara Soetta sudah menerapkan prosedur kesehatan yang memadai dengan disediakannya pemindai ultra violet di ujung masuk belt conveyor.
Conveyor ultra violet
7. Prosedur terakhir adalah pemeriksaan kepabeanan. Seperti biasa penumpang diwajibkan mendeklarasikan barang-barang bawaannya melalui formulir yang sudah dibagikan di pesawat terbang.
Pengecekan dokumen kesehatan secara rutin akan dilakukan kembali baik oleh petugas kesehatan (Kantor Kesehatan Pelabuhan), petugas kepabeanan (Dirjen Bea & Cukai) maupun anggota TNI yang diperbantukan untuk itu.
Apa yang dialami oleh tim survei Umrah Himpuh pada saat kedatangan kembali di Indonesia agak berbeda dengan protap seharusnya. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES /313/2020 tentang Protokol Kesehatan Penanganan Kepulangan WNI dan Kedatangan WNA dari Luar Negeri di Pintu Masuk Negara dan di Wilayah Pada Situasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tanggal 7 Mei 2020 disebutkan bahwa :
- Setiap WNI dan WNA yang masuk ke Indonesia wajib mengikuti prosedur kekarantinaan Kesehatan dan pemeriksaan Kesehatan tambahan yang berlaku di Indonesia.
- Pemeriksaan Kesehatan tambahan tersebut meliputi :
- Wawancara;
- Pemeriksaan suhu, tanda dan gejala COVID-19;
- Pemeriksaan saturasi oksigen;
- Pemeriksaan Rapid Tes/PCR (rombongan Umrah 22 November tidak melalui prosedur ini).
- Setiap WNI dan WNA wajib menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian COVID-19 dengan melakukan:
- Physical Distancing;
- Selalu memakai masker;
- Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
- Setiap WNI yang Kembali ke Indonesia sedapat mungkin membawa health certificate dalam Bahasa Inggris yang berlaku maksimal 7 hari sejak diterbitkan oleh fasilitas Kesehatan dari negara asal, dan divalidasi oleh dokter Kantor Kesehatan Pelabuhan di Pelabuhan/bandar udara/Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN) kedatangan. Hasil tes PCR yang dipegang oleh jamaah keberangkatan 22 November sudah lebih dari 7 hari (dilakukan pada tanggal 24 November).
- WNI yang pulang dengan membawa health certificate yang membuktikan hasil pemeriksaan PCR negatif COVID-19:
- Dilakukan pemeriksaan Kesehatan tambahan kecuali Rapid Test atau PCR.
- Jika tidak ditemukan penyakit dan/atau faktor resiko pada pemeriksaan Kesehatan, KKP menerbitkan klirens Kesehatan dan Health Alert Card (HAC) kepada yang bersangkutan.\
- Dapat melanjutkan perjalanan ke daerah asal dengan membawa surat jalan dari pihak Satgas Penanganan COVID-19 setempat.
- Melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing selama 14 hari, menerapkan physical distancing, memakai masker dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
- Klirens Kesehatan diserahkan kepada RT/RW setempat yang selanjutnya diteruskan kepada Puskesmas setempat agar dilakukan pemantauan selama masa karantina mandiri di rumah.
- WNI yang pulang, jika:
- Tidak membawa Health Certificate;
- Membawa Health Certificate dengan masa berlaku lebih dari 7 hari, atau
- Membawa Health Certificate tetapi tidak membuktikan hasil PCR negatif COVID-19.
Maka akan dilakukan pemeriksaan Kesehatan tambahan termasuk rapid test dan/atau PCR. Seharusnya ini dialami oleh seluruh jamaah keberangkatan 22 November!
- Apabila dapat dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan PCR di pintu masuk, WNI dapat menunggu sementara di tempat/fasilitas karantina yang disiapkan sampai hasil pemeriksaan PCR keluar. WNI dengan hasil PCR Negatif COVID-19 dan tidak ditemukan penyakit dan/atau faktor risiko pada pemeriksaan Kesehatan, maka:
- Diberikan klirens Kesehatan oleh Petugas Kesehatan di fasilitas karantina.
- Membawa Health Alert Card yang sudah diberikan di pintu masuk.
- Dapat melanjutkan perjalanan ke daerah asal dengan membawa surat jalan dari pihak Satgas Penanganan COVID-19 setempat dan selalu memakai masker selama perjalanan. Perjalanannya ke daerah asal dapat difasilitasi oleh Pemerintah.
- Melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing selama 14 hari, menerapkan physical distancing, memakai masker, dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).
- Klirens Kesehatan diserahkan kepada RT/RW setempat yang selanjutnya diteruskan kepada Puskesmas setempat agar dilakukan pemantauan selama masa karantina mandiri di rumah.
- Apabila tidak dapat dilakukan pemeriksaan PCR di pintu masuk, terhadap WNI dilakukan pemeriksaan Rapid Test.
- WNI dengan hasil Rapid Test non reaktif, maka:
- Dilakukan karantina di tempat/fasilitas karantina yang disiapkan oleh pihak pemerintah maupun pihak lainnya.
- Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nasional/Daerah ataupun pihak lainnya menyediakan fasilitas transportasi dari pintu masuk ke tempat/fasilitas karantina.
- KKP tetap memberikan HAC kepada yang bersangkutan.
- Masa karantina berlangsung sampai dengan didapatkan hasil pemeriksaan PCR (jika dilakukan di tempat/fasilitas karantina) negatif COVID-19, atau hasil pemeriksaan ulang Rapid Test pada hari ke-7 s.d 10 non reaktif.
- WNI dengan hasil Rapid Tes reaktif atau hasil pemeriksaan PCR positif COVID-19, dirujuk ke Rumah Sakit Darurat/RS Rujukan di wilayah setempat dengan menerapkan protokol rujukan penyakit infeksi.
- Setiap WNA yang masuk ke Indonesia wajib mempunyai Health Certificate dalam Bahasa Inggris yang menyatakan hasil pemeriksaan PCR negatif COVID-19. Health certificate berlaku maksimal 7 hari sejak diterbitkan oleh fasilitas Kesehatan dari negara asal, dan divalidasi oleh dokter Kantor Kesehatan Pelabuhan di Pelabuhan/bandar udara/PLBDN kedatangan.
Setidaknya ada satu hal penting yang tidak berjalan dengan semestinya pada saat kepulangan ini yaitu : tidak dilakukan pemeriksaan ulang mengingat hasil tes PCR jamaah sudah kadaluarsa (lebih dari 7 hari), sehingga semua jamaah termasuk tim survei Umrah Himpuh sangat berpotensi sebagai penular Covid-19.
Namun khususnya tim survei Umrah Himpuh, mereka tetap melakukan sesuai prosedur yaitu melakukan swab tes dilanjutkan isolasi mandiri.
Terimakasih kepada Tim Survei Umrah Himpuh yang telah memberikan informasi program umrah masa pandemi secara detail dan terperinci sejak keberangkatan, pelaksanaan ibadah di Makkah dan Madinah hingga kepulangan kembali ke Indonesia. Semoga seluruh upaya yang telah dilakukan menjadi ladang pahala yang tiada putus, dan seluruh informasi yang disampaikan bermanfaat untuk seluruh anggota Himpuh pada khususnya dan seluruh masyarakat pada umumnya… aamiin.
Demikian liputan Tim Survey Umrah Himpuh masa Pandemi, semoga bermanfaat. Liputan ini nantinya juga akan dipersembahkan kepada anggota dalam bentuk video dan infografis, dengan harapan dapat menjadi panduan untuk menyelenggarakan Umrah di masa pandemi Covid-19.
Nantikan liputan kegiatan-kegiatan Himpuh selanjutnya ! (Humas Himpuh/DAN)
Versi pdf silahkan klik disini.
Mohon untuk memberikan komentar dengan jelas, sopan, dan bijaksana
Segala tulisan di ruang publik dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihilangkan
Segala tulisan yang memberikan sentimen negatif terkait SARA, ujaran kebencian, spamming, promosi, dan berbagai hal yang bersifat provokatif atau melanggar norma dan undang-undang dapat diproses lebih lanjut sesuai undang-undang yang berlaku