Yaa Nabi Salam Alaika, Yaa Rasul Salam Alaika, Madinah I’m Comming!
05 | Liputan Khusus Tim Survei Umrah Himpuh
Umrah di masa pandemi Covid-19 :
“Yaa Nabi Salam Alaika, Yaa Rasul Salam Alaika, Madinah I’m Comming!”
Tanggal 27 November 2020, pukul 14.00 WSA tim survei Himpuh bergerak menuju bis yang akan membawanya ke Madinah. Mereka merebahkan tubuhnya di dalam bis yang masih kosong. Rasa lelahnya dihempaskan oleh kokohnya Masjidil Haram yang tampak di hadapannya. Mereka hanya mampu memandang dalam diam bangunan ibadah itu.Tatapan nanar tanpa aksara, sulit diterjemahkan. Yang tampak hanyalah bayangan nyata yang menari-nari, memanggilnya untuk segera kembali lagi. Teringat jelas lengang-nya thawaf, bagaimana berkesannya saat beringsut ke jalur paling depan agar telapaknya mampu menggapai Ka’bah sambil berderai kucuran air mata. Terngiang kembali rangkaian perjalanan 6 hari di Makkah. Betapa indahnya bila kita mampu bercengkrama dengan keimanan hingga akhir usia ini.
Bis yang melelapkan tim survei Umrah Himpuh hingga Madinah
Tanpa terasa bis telah sampai di depan Hotel Roove saat waktu Madinah menunjukkan angka 20.30. Kunci kamar telah dibagikan oleh muthawif di dalam bis. Seperti biasa jamaah dipanggil satu-persatu dan diinstruksikan turun dari bis bersama dengan teman sekamarnya. Ketika turun dari bis mereka sudah disambut oleh berderet petugas dari muassasah, Kementerian Haji dan Umrah, Kementerian Kesehatan serta kepolisian.
Bagasi disemprot desinfektan terlebih dahulu sebelum dikirim ke kamar jamaah
Petugas hotel menyemprotkan desinfektan ke koper jamaah satu-persatu sebelum dikirim ke kamar masing-masing. Kondisi penjagaan di hotel Madinah tidak seketat saat di Makkah. Jamaah dibebaskan berjalan tanpa didampingi petugas saat menuju kamarnya. Rombongan hanya disyaratkan cek suhu tubuh dan membilas tangan dengan hand sanitizer.
Cek suhu tubuh jamaah di pintu masuk hotel
Jamaah membilas tangan dengan hand sanitizer
Sebelum masuk kamar tim khusus menyempatkan menyusuri lengangnya seputar hotel. Sepinya Madinah bagai kota yang telah lama ditinggalkan penduduknya. Jauh dari keramaian dan gemerlap cahaya lampu khas kota Madinah, tidak tampak lagi berjubelnya jamaah dari berbagai negara. Pemilik hotel memilih menutup hotelnya karena pertimbangan biaya operasional yang tinggi, memang berat bila tiada pemasukan yang memadai. Demikian juga dengan toko ataupun restoran, saat kondisi umrah normal mereka buka 24 jam. Kini suasana ramai itu seolah tidak pernah terjadi.
Betapa lengangnya kota Madinah
Jamaah masuk kamar bersamaan dengan petugas hotel mengantarkan makan malam. Tampilan penyajian makanan sangat menarik, berupa kotak besar seperti layaknya box kue tart di Indonesia. Variasi menu-pun lebih mengundang selera
.